Artikel Terbaru

Contoh Makalah Tentang Belajar dan Pembelajaran

Contoh Makalah
Contoh Makalah
Artikel : Makalah Tentang Belajar dan Pembelajaran, langsung pembahasan ya. kalo sobat mau lebih lengkapnya silahkan download gratis Makalah Belajar dan Pembelajaran di Sini.
Tujuan Belajar Dan Pembelajaran
Dalam segala kegiatan pasti mempunyai tujuan, begitu juga dengan belajar dan pembelajaran. Tujuan adalah pernyataan yang menyelaraskan hasil yang ingin dicapai atau tempat yang akan dituju. Maka tujuan belajar dan pembelajaran adalah pernyataan yang menjelaskan hasil yang ingin dicapai dalam perbuatan pembelajaran, dalam hal ini adalah menunjukkan hasil belajar yang diinginkan guru untuk dicapai siswa. Hasil mengenai apa, bergantung dari mata pelajaran apa yang diajarkan (Kardisaputra, 2000: 109). Sejalan dengan uraian tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa tujuan belajar dan pembelajaran adalah hal yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar berlangsung. Tujuan ini bisa ditentukan bersama antara guru dan siswa, namun pada kenyataannya gurulah yang lebih banyak berperan.

Seiring dengan perkembangan yang berlangsung pada dunia pendidikan, seperti halnya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada kurikulum, tujuan belajar dan pembelajaran pun mengalami perubahan pula. Dulu dikenal dengan istilah tujuan intruksional umum (TIU) dan tujuan intruksional khusuk (TIK), kemudian diganti dengan istilah tujuan pembelajaran umum (TPU) dan tujuan pembelajaran husus (TPK), kini berubah dengan istilah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Dalam kurikulum 2004 indikator pembelajar telah disediakan dalam kurikulum, namun dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, indikator ini harus dikembangkan sendiri oleh guru dari standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) yang telah ada.

A. Tujuan belajar
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.

Tujuan belajar menurut Sukandi (1983: 18) adalah mengadakan perubahan tingkah laku dan perbuatan. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau penerimaan dan penghargaan. Sedangkan Surakhmat(1986) mengatakan bahwa tujuan belajar adalah mengumpulkan pengetahuan, penanaman konsep dan pengetahuan, dan pembentukan sikap dan perbuatan.

Komponen tujuan belajar.
Tujuan belajar terdiri dari tiga komponen yaitu: Tingkah laku terminal kondisi-kondisi tes, dan standar perilaku.
1. Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah laku siswa setelah belajar. tingkah laku itu merupakan bagian tujuan yang menunjuk pada hasil yang diharapkan dalam belajar.
2. Kondisi-kondisi tes, komponen ini menentukan situasi dimana siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. kondisi-kondisi tersebut perlu disiapkan oleh guru, karena sering terjadi ulangan/ ujian yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
Ada tiga kondisi yang dapat mempengaruhi perilaku saat tes. pertama, alat dan sumber yang harus digunakan oleh siswa dalam upaya mempersiapkan diri untuk menempuh suatu tes, misalnya buku sumber. kedua, tantangan yanng disediakan terhadap siswa, misalnya pembatasan waktu untuk mengerjakan tes. ketiga, cara menyajikan informasi, misalnya dengan tulisan atau dengan rekaman dan lain-lain.
3. Ukuran-ukuran perilaku,komponen ini merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. suatu ukuran menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai bukti, bahwa siswa telah mencapai tujuan, misalnya: siswa telah dapat memecah suatu masalah dalam waktu 10 menit. Ukuran-ukuran perilaku tersebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang harus dikerjakan sebagai lambang tertentu, atau ketepatan tingkah laku, atau jumlah kesalahan, atau kedapatan melakukan tindakan, atau kesesuainya dengan teori tertentu.

B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Proses pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar,yang ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seorang guru hanya dapat dikatakan telah melakukan kegiatan pembelajaran jika terjadi perubahan perilaku pada diri peserta didik sebagai akibat dari kegiatan tersebut. Ada hubungan fungsional antara perbuatan guru dengan perubahan perilaku peserta didik (Kartadinata, 1997: 75).

Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dikatakan sebagai dampak dari proses pembelajaran. Dampak pembelajaran adalah hasil belajar yang segera dapat diukur, yang terwujud dalam hasil evaluasi pembelajaran. Dampak pembelajaran dapat dibedakan atas dampak intruksional (instructional effeck) dan dampak tak langsung atau dampak iringan (nurturant effeck). Dampak langsung adalah dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan sebelumnya, sedangkan dampak iringan muncul sebagai pengaruh atau terjdi sebagai pengalaman dari lingkungan belajar. Menurut (Kartadinata (1997), dampak iringan bisa berwujud dalam bentuk pemahaman, apresiasi, sikap, motivasi, kesadaran , keterampilan sosial, dan perilaku sejenis lainnya.
Di dalam proses pembelajaran guru tidak sekedar bertugas mentransfer pengetahuan, sikap dan keterampilan. Proses pembelajaran dipandang sebagai proses membantu peserta didik belajar, membantu peserta didik mengembangkan dan mengubah perilaku (kognitif, afektif dan psikomotorik); membantu menerjemahkan semua aspek tersebut ke dalam perilaku-perilaku yang berguna dan bermakna.

Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian tujuan pembelajran yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu sebagai berikut:
1) Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.
2) Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
3) Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
4) Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.

Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri;
2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran;
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.

Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Tujuan belajar dan pembelajaran yang lebih spesifik dikemukakan oleh taksonomi Instruksional Bloom. Menurut Bloom, siswa belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap lingkungannya. Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, sebagai berikut:
1) Pengetahuan, yang berkenaan dengan ingatan tentang fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
3) Penerapan, kemampuan mengaplikasi yang mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya dapat menguraikan sebab-sebab terjadinya sesuatu, dan memahami hubungan antar bagian-bagiannya.
5) Sintesis, adalah proses memadukan bagian-bagian atau unsure-unsur secara logis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun program kerja.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat, menilai, dan menentukan keputusan tentang suatu hal berdasarkan criteria tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil karangan.

Ranah afektif terdiri dari lima perilaku, yakni:
1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpatisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian dan penentuan sikap yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap. Misalnya dapat menerima pendapat orang lain.
4) Organisasi, mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya menempatkan suatu nilai dan menjadikannya sebagai pedoman bertindak secara bertanggung jawab.
5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola kehidupan pribadi. Misalnya, kemampuan mempermbangkan dan menunjukkan tindakan disiplin.

Sedangkan ranah psikomotorik terdiri dari tujuh perilaku, yaitu:
1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah hal-hal secara khas serta menyadari perbedaannya. Misalnya perbedaan warna, membedakan angka 6 (enam) dan 9 (sembilan).
2) Kesiapan, yang mencakup kesiapan secara jasmani dan rohani sebelum terjadinya suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3) Gerakan terbimbing, kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan, seperti meniru gerak tari.
4) Gerakan terbiasa, kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan lompat tinggi dengan tepat.
5) Gerakan kompleks, yaitu kemampuan melakukan gerakan atau keterampulan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancer, efisien dan tepat. Misalnya membongkar pasang peralatan secara tepat.
6) Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerak dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya keterampilan bertanding olahraga.
7) Kreativitas, yang mencakup kemampuan melahirkan pola gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat tari kreasi baru (Dimyati, 2000).

Masalah-Masalah Internal Belajar
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar, selama proses belajar yang dilakukan. Aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah secara internal.

Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik. Terdapat beberapa fakyor internal yang dialami dan di hayati oleh siswa dan hal ini akan sangat mempengaruhi terhadap proses belajar, dan faktor-faktor itu akan uraikan sebagai berikut.

A. Sikap Terhadap Belajar.
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai dengan penilaian.

Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak atau mengabaikan begitu saja, selama melakukan proses pembelajaran siswa akan menetukan hasil dari pembelajaran tersebut.
Pemahaman siswa yang salah terhadap belajara akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakan belajar. Sikap yang salah akan membwa siswa merasa tidak peduli dengan belajar lagi, akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif.

Tentunya hal ini akan sangat menghambat proses belajar, sikap siswa terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa tidak peduli terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang dilakukan akan sia-sia. Karena itu siswa sebaiknya mempertimbangkan masak-masak terhadap sikap belajar.

B. Motivasi Belajar
Tidak diragukan lagi bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbukan semangat pada siswa untuk belajar. Karena seorang siswa meski memiliki semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus menerus.

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar, lemahkanya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu akan menjadi rendah.
Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu, bila siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dam betapa besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa harus untuk menuntut ilmu.

Selain itu, bagaimana seorang guru mampu membuat siswanya merasa membutuhkan ilmu, bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun siswa akan mencari ilmu itu sendiri, sehingga semangat siswa untuk menuntut ilmu sangat tinggi dan hal ini akan sangat memudahkan proses belajar.

C. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Memusatkan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Sebab ketikan awal masuk kelas perhatian siswa masih terpecah-pecah dengan berbagai masalah.

Sehingga sangat perlu untuk melakukan pemusatan perhatian dengan berbagai cara menurut ahli psikologi kekuatan belajar seseorang setelah 30 menit telah mengalami penurunan, disarankan guru melakukan istirahat bebrapa menit, istirahat tidak harus di luar kelas melainkan dapat berupa obrolan ringan yang mampu membuat siswa rileks kembali dengan memberikan istirahat. Maka perhatian dan prestasi dapat ditingkatkan.

Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
Kesuliatan belajar ini merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis pernyataan (manifestasi), karena guru bertanggung jawab terhadap proses belajar mengajar, maka ia seharusnya memahami manifestasi gejala-gejala kesulitan belajar.

Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar pada dasarnya tiap jenis-jenis masalah khususnya dalam masalah belajar murid di SD, cenderung bersumber dari faktor-faktor yang melatarbelakangi (penyebabnya).

Seseorang guru setelah mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya selnajutnya guru dapat melaksanakan tahap berikut, yakni mencari sebab-sebab terjadinya masalah yang dihadapi muridnya dalam belajar.

Meskipun guru tidak mudah menentukan sebab-sebab terjadinya masalah sesungguhnya krena masalah belajar cenderung sangat kompleks. Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu:
1. Faktor-Faktor Internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri) antara lain:
• gangguan secara fisik seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indra, cacat tubuh, serta penyakit menahan (alergi, asma dsb.)
• ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.
• Kelemahan empsional, seperti merasa tidak aman, kuran bisa menyesuaikan diri (mala d justment), tercekam rasa takut, benci, dan antipasi, serta ketidak matangan emosi.
• Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.

2. Faktor-Fakto Eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu) yaitu berasal dari:
a. Sekolah, antara lain:
• sifat kurikulum yang kurang fleksible
• terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru).
• Metode mengajar yang kurang memadai.
• Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
b. Keluarga (rumah tangga) antara lain:
• Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
• Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya.
• Ekonomi yang lemah.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu, sebagai beriukut:
1 Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa.
2. Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

B. Saran
Saran dari penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu kita sebagai mahasiswa agar memperluas lagi wawasan kita mengenai mata kulia Belajar dan Pembelajaran khususnya menyangkut materi tujan belajar dan pembelajarn

Itulah contoh makalah tentang Belajar dan pembelajaran, semogah contoh makalah ini bermanfaat bagi sobat. amin! jangan lupa share ya jika artikel ini bermanfaat!

1 Response to "Contoh Makalah Tentang Belajar dan Pembelajaran"

  1. bagus ini. Selain ada artikel yang bisa dibaca langsung juga disediakan download ebook nya.

    Salam ukhuwah

    BalasHapus

Silahkan beri komentar dan jangan komentar spam ya. thanks :)