Sinopsis Drama Korea : Miss Ripley Episode 1 - Pemeran :

Kim Seung Woo sebagai Jang Myung Hoon
Kang Hye Jung sebagai Moon Hee Joo
MISS RIPLEY
EPISODE 1
Jang
Mi Ri tersenyum riang sambil bermain bersama dengan anak-anak kecil
yang ada. Dia tersenyum cantik namun perlahan-lahan senyumannya itu
hilang.
Mi Ri tersenyum riang sambil bermain bersama dengan anak-anak kecil
yang ada. Dia tersenyum cantik namun perlahan-lahan senyumannya itu
hilang.
Song
Yoo Hyun : "Pertama kali aku bertemu dengannya itu saat musim semi.
Saat sekilas aku melihatnya, Matanya mengingatkan aku pada Ibuku yang
sudah meninggal. Dia sangat cantik saat tersenyum. Aku sangat
mencintainya..."
Yoo Hyun : "Pertama kali aku bertemu dengannya itu saat musim semi.
Saat sekilas aku melihatnya, Matanya mengingatkan aku pada Ibuku yang
sudah meninggal. Dia sangat cantik saat tersenyum. Aku sangat
mencintainya..."
Jang
Myung Hoon : "Bagiku yang hidup di dunia yang membosankan ini, Dia
adalah wanita yang tau bagaimana caranya menikm ati hidup. Hatinya sama
denganku. Aku mencintainya..."
Myung Hoon : "Bagiku yang hidup di dunia yang membosankan ini, Dia
adalah wanita yang tau bagaimana caranya menikm ati hidup. Hatinya sama
denganku. Aku mencintainya..."
FUKUOKA, Jepang.
Jang
Mi Ri bekerja di sebuah tempat hiburan. Dia kini berada di sebuah
ruangan dan sedang duduk di samping laki-laki hidung belang. Laki-laki
itu meminta Mi Ri meminum sake namun Mi Ri terus menolaknya. Mi Ri
terlihat sangat tidak nyaman dengan perlakuan laki-laki itu namun dia
terus menahan diri agar tidak pergi dari ruangan itu karna dia bisa
terkena marah jika pergi. Teman Mi Ri yang tau bahwa Mi Ri tidak bisa
minum sake pun membantunya dengan mengambil gelas sake yang di paksakan
pada Mi Ri itu dan di simpannya di atas meja. Seorang laki-laki hidung
belang lainnya mengeluarkan banyak uang dan bilang bahwa dia akan
memberikan uang itu pada Mi Ri jika Mi Ri mau meminum sake. Demi uang
maka Mi Ri pun terpaksa meminum sake itu. Setelah mendapatkan uang itu
dia pun segera keluar dari ruangan.
Mi Ri bekerja di sebuah tempat hiburan. Dia kini berada di sebuah
ruangan dan sedang duduk di samping laki-laki hidung belang. Laki-laki
itu meminta Mi Ri meminum sake namun Mi Ri terus menolaknya. Mi Ri
terlihat sangat tidak nyaman dengan perlakuan laki-laki itu namun dia
terus menahan diri agar tidak pergi dari ruangan itu karna dia bisa
terkena marah jika pergi. Teman Mi Ri yang tau bahwa Mi Ri tidak bisa
minum sake pun membantunya dengan mengambil gelas sake yang di paksakan
pada Mi Ri itu dan di simpannya di atas meja. Seorang laki-laki hidung
belang lainnya mengeluarkan banyak uang dan bilang bahwa dia akan
memberikan uang itu pada Mi Ri jika Mi Ri mau meminum sake. Demi uang
maka Mi Ri pun terpaksa meminum sake itu. Setelah mendapatkan uang itu
dia pun segera keluar dari ruangan.
Mi
Ri berlari ke kamar mandi dan langsung memuntahkan sake yang dia minum.
Temannya Mi Ri yang membantu tadi pun ikut pergi ke dalam kamar mandi
dan menenangkan Mi Ri. Teman Mi Ri bertanya, "Mengapa kau terlihat
sangat frustasi demi mendapatkan uang? Kau ingin pergi kembali ke Korea
Selatan kan? Jika kau pergi kesana apakah semuanya akan berubah?" Mi Ri
menjawab, "Setidaknya aku tidak ingin hidup seperti ini."
Ri berlari ke kamar mandi dan langsung memuntahkan sake yang dia minum.
Temannya Mi Ri yang membantu tadi pun ikut pergi ke dalam kamar mandi
dan menenangkan Mi Ri. Teman Mi Ri bertanya, "Mengapa kau terlihat
sangat frustasi demi mendapatkan uang? Kau ingin pergi kembali ke Korea
Selatan kan? Jika kau pergi kesana apakah semuanya akan berubah?" Mi Ri
menjawab, "Setidaknya aku tidak ingin hidup seperti ini."
Pemilik
tempat hiburan yang bernama Hirayama masuk kedalam kamar mandi dan
memarahi para perempuan yang sedang berdandan di kamar mandi, "YA! Cepat
keluar kalian!!" Para perempuan itu pun dengan segera berlari keluar
drai kamar mandi menuju ruangan para tamu mereka masing-masing. Hirayama
menarik lengan Mi Ri dan meminta Mi Ri juga agar kembali ke ruangan
tamunya namun dia terkejut saat melihat mata Mi Ri yang terlihat habis
menangis. Mi Ri berkata, "Aku tidak bisa keluar dalam keadaan seperti
ini!" Hirayama melihat teman Mi Ri dan menyuruh teman Mi Ri itu agar
kembali bekerja. Setelah tidak ada orang lain di kamar mandi, Hirayama
menatap Mi Ri tajam, "Bukankah sudah kukatakan bahwa hari ini akan ada
tamu penting? Cepatlah keluar!!" Mi Ri terdiam menatap kaca dan
menangis.
tempat hiburan yang bernama Hirayama masuk kedalam kamar mandi dan
memarahi para perempuan yang sedang berdandan di kamar mandi, "YA! Cepat
keluar kalian!!" Para perempuan itu pun dengan segera berlari keluar
drai kamar mandi menuju ruangan para tamu mereka masing-masing. Hirayama
menarik lengan Mi Ri dan meminta Mi Ri juga agar kembali ke ruangan
tamunya namun dia terkejut saat melihat mata Mi Ri yang terlihat habis
menangis. Mi Ri berkata, "Aku tidak bisa keluar dalam keadaan seperti
ini!" Hirayama melihat teman Mi Ri dan menyuruh teman Mi Ri itu agar
kembali bekerja. Setelah tidak ada orang lain di kamar mandi, Hirayama
menatap Mi Ri tajam, "Bukankah sudah kukatakan bahwa hari ini akan ada
tamu penting? Cepatlah keluar!!" Mi Ri terdiam menatap kaca dan
menangis.
Di
acara lainnya yang di adakan tempat hiburan itu tiba-tiba Hirayama
menghampiri Mi Ri, "Ini adalah pertemuan penting jadi kau harus
sungguh-sungguh, mengerti? Jadi bersikaplah yang baik, mengerti?" Mi Ri
tidak menanggapi ucapan Hirayaman. Mi Ri duduk di samping seorang tamu
dan mulai memainkan Danso -Alat Musik Tradisional-
acara lainnya yang di adakan tempat hiburan itu tiba-tiba Hirayama
menghampiri Mi Ri, "Ini adalah pertemuan penting jadi kau harus
sungguh-sungguh, mengerti? Jadi bersikaplah yang baik, mengerti?" Mi Ri
tidak menanggapi ucapan Hirayaman. Mi Ri duduk di samping seorang tamu
dan mulai memainkan Danso -Alat Musik Tradisional-
Jang
Myung Hoon berjalan terburu-buru bersama Asistennya menuju sebuah kamar
hotel. Asisten memberikan kabar pada Myung Hoon bahwa ada seorang tamu
yang sedang mencoba bunuh diri. Di tengah perjalanan menuju kamar hotel
itu Myung Hoon bertemu dengan seorang tamu dan dia berusaha bersikap
biasa saja seperti tidak ada kejadian seorang tamu yang mau bunuh diri.
Selesai menyapa tamu itu maka Myung Hoon dan Asistennya segera masuk
kedalam kamar Hotel tempat seorang wanita berniat bunuh diri.
Myung Hoon berjalan terburu-buru bersama Asistennya menuju sebuah kamar
hotel. Asisten memberikan kabar pada Myung Hoon bahwa ada seorang tamu
yang sedang mencoba bunuh diri. Di tengah perjalanan menuju kamar hotel
itu Myung Hoon bertemu dengan seorang tamu dan dia berusaha bersikap
biasa saja seperti tidak ada kejadian seorang tamu yang mau bunuh diri.
Selesai menyapa tamu itu maka Myung Hoon dan Asistennya segera masuk
kedalam kamar Hotel tempat seorang wanita berniat bunuh diri.
Myung
Hoon melihat keadaan kamar yang sangat kacau dan ada seorang perempuan
yang di pegang oleh 2 orang petugas hotel agar tidak mencoba bunuh diri.
Myung Hoon bertanya pada Asistennya, "Sudah berapa lama seperti ini?"
Asistennya menjawab, "Tiga hari." Wanita itu terus berteriak histeris
meminta tangannya agar di lepaskan. Myung Hoon tiba-tiba berkata dingin
pada 2 orang petugas hotel yang sedang memegang tangan wanita itu,
"Lakukan apa yang dia minta." Asistennya terkejut mendengarnya, "Tuan!"
Wanita itu tiba-tiba menghampiri Myung Hoon dan menarik kerah bajunya.
Myung Hoon berkata, "Kami dilarang ikut campur pada masalah yang ada di
dalam kamar hotel. Apa yang kau inginkan?" Wanita itu terlihat sangat
frustasi dan mulai menangis histeris.
Hoon melihat keadaan kamar yang sangat kacau dan ada seorang perempuan
yang di pegang oleh 2 orang petugas hotel agar tidak mencoba bunuh diri.
Myung Hoon bertanya pada Asistennya, "Sudah berapa lama seperti ini?"
Asistennya menjawab, "Tiga hari." Wanita itu terus berteriak histeris
meminta tangannya agar di lepaskan. Myung Hoon tiba-tiba berkata dingin
pada 2 orang petugas hotel yang sedang memegang tangan wanita itu,
"Lakukan apa yang dia minta." Asistennya terkejut mendengarnya, "Tuan!"
Wanita itu tiba-tiba menghampiri Myung Hoon dan menarik kerah bajunya.
Myung Hoon berkata, "Kami dilarang ikut campur pada masalah yang ada di
dalam kamar hotel. Apa yang kau inginkan?" Wanita itu terlihat sangat
frustasi dan mulai menangis histeris.
Myung
Hoon berkata pada Asistennya, "Pertama bersikap cepat, aku tidak ingin
ada jejak sama sekali. Dia harus tenang dan cepat antar dia ke rumah
sakit." Saat Myung Hoon akan pergi, tiba-tiba saja wanita itu sesak
nafas dan hal itu membuat Myung Hoon dan petugas hotel yang ada di kamar
itu panik. Myung Soo memberikan bantuan dan meminta Asistennya agar
segera memanggil Ambulans. Ambulans datang dan dengan segera wanita itu
di bawa ke rumah sakit.
Hoon berkata pada Asistennya, "Pertama bersikap cepat, aku tidak ingin
ada jejak sama sekali. Dia harus tenang dan cepat antar dia ke rumah
sakit." Saat Myung Hoon akan pergi, tiba-tiba saja wanita itu sesak
nafas dan hal itu membuat Myung Hoon dan petugas hotel yang ada di kamar
itu panik. Myung Soo memberikan bantuan dan meminta Asistennya agar
segera memanggil Ambulans. Ambulans datang dan dengan segera wanita itu
di bawa ke rumah sakit.
Myung
Hoon sedang ada di ruangannya dan Kang Shi Young yang merupakan rekan
kerja Myung Hoon masuk kedalam ruangannya. Shi Young melihat foto istri
Myung Joon dan berkomentar, "Hey ini adalah foto saat dia sedang
tampil!" Myung Hoon mengabaikan ucapan Shi Young dan langsung to the
point menanyakan maksud kedatangan Shi Young, "Ada apa?" Shi Young
menjawab, "Sepertinya wanita itu(Karyawan Hotel) kembali ke Jepang
kemarin malam." Myung Hoon bertanya kembali, "Kapan dia akan kembali?"
Shi Young menjawab, "Itulah masalahnya. Dia sepertinya tidak akan
kembali. " Shi Young menjelaskan bahwa masalah yang sebenarnya itu
adalah Tamu VVIP dari Jepang yang akan datang ke Hotel mereka dan tamu
itu hanya mau di layani oleh orang yang bisa berbahasa Jepang dengan
dialek Hakata. Wanita yang pergi kembali ke Jepang itu lah penerjemah
yang memiliki dialek Hakata namun karna wanita itu pergi maka sekarang
Hotel dalam situasi gawat.
Hoon sedang ada di ruangannya dan Kang Shi Young yang merupakan rekan
kerja Myung Hoon masuk kedalam ruangannya. Shi Young melihat foto istri
Myung Joon dan berkomentar, "Hey ini adalah foto saat dia sedang
tampil!" Myung Hoon mengabaikan ucapan Shi Young dan langsung to the
point menanyakan maksud kedatangan Shi Young, "Ada apa?" Shi Young
menjawab, "Sepertinya wanita itu(Karyawan Hotel) kembali ke Jepang
kemarin malam." Myung Hoon bertanya kembali, "Kapan dia akan kembali?"
Shi Young menjawab, "Itulah masalahnya. Dia sepertinya tidak akan
kembali. " Shi Young menjelaskan bahwa masalah yang sebenarnya itu
adalah Tamu VVIP dari Jepang yang akan datang ke Hotel mereka dan tamu
itu hanya mau di layani oleh orang yang bisa berbahasa Jepang dengan
dialek Hakata. Wanita yang pergi kembali ke Jepang itu lah penerjemah
yang memiliki dialek Hakata namun karna wanita itu pergi maka sekarang
Hotel dalam situasi gawat.
Mi
Ri diam-diam keluar dari tempat hiburan itu. Mi Ri mempersiapkan sebuah
tali sumbu yang di sambungkan dengan sebatang rokok yang dia nyalakan.
Jadi jika rokok itu habis maka otomatis tali sumbu itu akan terbakar dan
bisa membuat kebakaran besar. Setelah mempersiapkan itu semua, Mi Ri
pergi ke ruangannya Hirayama untuk membicarakan sesuatu.
Ri diam-diam keluar dari tempat hiburan itu. Mi Ri mempersiapkan sebuah
tali sumbu yang di sambungkan dengan sebatang rokok yang dia nyalakan.
Jadi jika rokok itu habis maka otomatis tali sumbu itu akan terbakar dan
bisa membuat kebakaran besar. Setelah mempersiapkan itu semua, Mi Ri
pergi ke ruangannya Hirayama untuk membicarakan sesuatu.
Mi
Ri mengipas-ngipaskan sejumlah uang dan melemparkannya ke meja
Hirayama. Hirayama memeriksa uang itu dan kemudian berjalan mendekati Mi
Ri, "Sudah beberapa hari ini kau terlihat menyedihkan. Sepertinya
hutang Ayah adopsimu itu sangat membebanimu." Mi Ri menjawab dingin,
"Kau tidak perlu tau!" Hirayama berkomentar, "Wanita gila! Kau pikir kau
dapat mengatasinya?" Mi Ri menjawab, "Itu tidak penting. Hal seperti
ini tidak akan pernah terjadi lagi!" Mi Ri mengambil sebuah amplop
coklat dan dengan segera dia memeriksa isi amplop itu. Mi Ri melihat
passport Jepang miliknya dan dia tersenyum tenang. Mi Ri tersenyum pada
Hirayama, "Jadi terima kasih untuk semuanya..."
Ri mengipas-ngipaskan sejumlah uang dan melemparkannya ke meja
Hirayama. Hirayama memeriksa uang itu dan kemudian berjalan mendekati Mi
Ri, "Sudah beberapa hari ini kau terlihat menyedihkan. Sepertinya
hutang Ayah adopsimu itu sangat membebanimu." Mi Ri menjawab dingin,
"Kau tidak perlu tau!" Hirayama berkomentar, "Wanita gila! Kau pikir kau
dapat mengatasinya?" Mi Ri menjawab, "Itu tidak penting. Hal seperti
ini tidak akan pernah terjadi lagi!" Mi Ri mengambil sebuah amplop
coklat dan dengan segera dia memeriksa isi amplop itu. Mi Ri melihat
passport Jepang miliknya dan dia tersenyum tenang. Mi Ri tersenyum pada
Hirayama, "Jadi terima kasih untuk semuanya..."
Mi
Ri akan pergi dari ruangan Hirayama namun Hirayama menahannya. Hirayama
berkata, "Terkadang orang pintar sepertimu melakukan kesalahan saat
bertemu dengan orang tua yang salah, yang membawamu ke Jepang setelah di
adopsi. Hal menyedihkan bukan?" Mi Ri terus memberontak mencoba
melepaskan diri dari pelukan Hirayama. Hirayama memaksa membuka pakaian
Mi Ri namun Mi Ri menahannya dan berkata manis, "Biar aku yang
membukanya." Mi Ri berkata seperti itu karna dia mencoba mengulur waktu
hingga Tali sumbu yang sudah di siapkannya itu membakar gedung tempat
hiburan itu. Mi Ri semakin terjebak karna ternyata tali sumbu itu tidak
juga membakar gedung.
Ri akan pergi dari ruangan Hirayama namun Hirayama menahannya. Hirayama
berkata, "Terkadang orang pintar sepertimu melakukan kesalahan saat
bertemu dengan orang tua yang salah, yang membawamu ke Jepang setelah di
adopsi. Hal menyedihkan bukan?" Mi Ri terus memberontak mencoba
melepaskan diri dari pelukan Hirayama. Hirayama memaksa membuka pakaian
Mi Ri namun Mi Ri menahannya dan berkata manis, "Biar aku yang
membukanya." Mi Ri berkata seperti itu karna dia mencoba mengulur waktu
hingga Tali sumbu yang sudah di siapkannya itu membakar gedung tempat
hiburan itu. Mi Ri semakin terjebak karna ternyata tali sumbu itu tidak
juga membakar gedung.
Tiba-tiba
terdengar suara ledakan keras dan hal itu langsung di manfaatkan oleh
Mi Ri untuk mengambil amplop coklat itu dan berlari keluar dari
ruangannya Hirayama. Hirayama terlihat panik dengan gedung tempat
hiburan miliknya yang terbakar , namun saat melihat Mi Ri kabur,
Hirayama pun langsung mengejarnya.
terdengar suara ledakan keras dan hal itu langsung di manfaatkan oleh
Mi Ri untuk mengambil amplop coklat itu dan berlari keluar dari
ruangannya Hirayama. Hirayama terlihat panik dengan gedung tempat
hiburan miliknya yang terbakar , namun saat melihat Mi Ri kabur,
Hirayama pun langsung mengejarnya.
Mi
Ri terus berlari melewati pemukiman penduduk. Sementara itu Hirayama
juga terus mengejarnya. Mi Ri mencoba menjatuhkan rak berisi minuman
kaleng dan hal itu berhasil membuat Hirayama terjatuh dan kehilangan
jejak Mi Ri.
Ri terus berlari melewati pemukiman penduduk. Sementara itu Hirayama
juga terus mengejarnya. Mi Ri mencoba menjatuhkan rak berisi minuman
kaleng dan hal itu berhasil membuat Hirayama terjatuh dan kehilangan
jejak Mi Ri.
Mi
Ri terus berlari menuju stasiun kereta. Ternyata temannya sudah
menunggu Mi Ri dan Temannya Mi Ri itu sudah mempersiapkan koper Mi Ri.
Teman Mi Ri melambaikan tangan saat melihat Mi Ri berlari masuk kedalam
kereta, "Mi Ri! Sampai jumpa... Kau harus bahagia! Kau harus menemukan
Ibumu!" Mi Ri melepaskan rambut palsunya dan tersenyum pada temannya
itu.
Ri terus berlari menuju stasiun kereta. Ternyata temannya sudah
menunggu Mi Ri dan Temannya Mi Ri itu sudah mempersiapkan koper Mi Ri.
Teman Mi Ri melambaikan tangan saat melihat Mi Ri berlari masuk kedalam
kereta, "Mi Ri! Sampai jumpa... Kau harus bahagia! Kau harus menemukan
Ibumu!" Mi Ri melepaskan rambut palsunya dan tersenyum pada temannya
itu.
Tiba-tiba
saja Hirayama datang dan kembali berusaha menangkap Mi Ri. Teman Mi Ri
menghalangi jalan Hirayama namun Hirayama berhasil melewatinya dan terus
mengejar Mi Ri. Mi Ri masuk kedalam kereta dan saat Hirayama mau masuk,
Pintu kereta sudah tertutup. Mi Ri menatap Hirayama yang berada di luar
kereta dan dia berkata, "Jang Mi Ri yang kau kenal... sudah mati! "
Hirayama berteriak dari luar kereta, "Aku akan menemukanmu! Aku akan
menemukanmu!! MI RI!!" Mi Ri tersenyum sinis dan mengeluarkan air
matanya. Kereta mulai berjalan dan pada akhirnya Hirayama tidak berhasil
menangkap Mi Ri.
saja Hirayama datang dan kembali berusaha menangkap Mi Ri. Teman Mi Ri
menghalangi jalan Hirayama namun Hirayama berhasil melewatinya dan terus
mengejar Mi Ri. Mi Ri masuk kedalam kereta dan saat Hirayama mau masuk,
Pintu kereta sudah tertutup. Mi Ri menatap Hirayama yang berada di luar
kereta dan dia berkata, "Jang Mi Ri yang kau kenal... sudah mati! "
Hirayama berteriak dari luar kereta, "Aku akan menemukanmu! Aku akan
menemukanmu!! MI RI!!" Mi Ri tersenyum sinis dan mengeluarkan air
matanya. Kereta mulai berjalan dan pada akhirnya Hirayama tidak berhasil
menangkap Mi Ri.

Song
Yoo Hyun kembali ke Korea setelah dia lama menetap di Jepang. Saat di
Bandara terlihat ada anak kecil yang meminta di gendong oleh Ibunya
sementara itu Ibunya sedang sibuk menggendong adiknya. Yoo Hyun yang
melihat hal itu pun menawarkan diri untuk menggendong anak kecil itu.
Kemudian dia menemukan sebuah dompet. Saat di bagian imigrasi Yoo Hyun
pun menitipkan dompet yang dia temukan itu, (Oh Angel Heart :">)
Yoo Hyun kembali ke Korea setelah dia lama menetap di Jepang. Saat di
Bandara terlihat ada anak kecil yang meminta di gendong oleh Ibunya
sementara itu Ibunya sedang sibuk menggendong adiknya. Yoo Hyun yang
melihat hal itu pun menawarkan diri untuk menggendong anak kecil itu.
Kemudian dia menemukan sebuah dompet. Saat di bagian imigrasi Yoo Hyun
pun menitipkan dompet yang dia temukan itu, (Oh Angel Heart :">)
Yoo
Hyun keluar dari bandara dan bertemu dengan seorang temannya yang sudah
menunggu dirinya. Temannya itu bernama Ha Chul Jin. Yoo Hyun bertanya,
"Bagaimana, apakah semuanya baik-baik saja?" Chul Jin menjawab, "Tentu.
Semuanya berjalan lancar."
Hyun keluar dari bandara dan bertemu dengan seorang temannya yang sudah
menunggu dirinya. Temannya itu bernama Ha Chul Jin. Yoo Hyun bertanya,
"Bagaimana, apakah semuanya baik-baik saja?" Chul Jin menjawab, "Tentu.
Semuanya berjalan lancar."
Myung Hoon sedang berada di ruangannya dan dia terlihat sedang memikirkan suatu hal.
Myung
Hoon sedang berada di Lobby Hotel dan sedang menelfon seseorang namun
dia segera mengakhiri telfonnya itu saat melihat Lee Hwa datang ke Hotel
dan sedang berjalan masuk kedalam Lift hotel. HP Myung Joon berbunyi
lagi dan itu merupakan telfon dari Asistennya, "Semuanya bilang bahwa
hal ini sangat tidak mungkin untuk mencari seseorang yang bisa berbicara
dalam Dialek Hakata untuk Direktur Nakamura(Klien)." Myung Hoon
menjawab, "Aku mengerti. Pokoknya kau urus saja terlebih dahulu dan coba
tanya orang lain." Kemudian Myung Hoon mengakhiri telfonnya.
Hoon sedang berada di Lobby Hotel dan sedang menelfon seseorang namun
dia segera mengakhiri telfonnya itu saat melihat Lee Hwa datang ke Hotel
dan sedang berjalan masuk kedalam Lift hotel. HP Myung Joon berbunyi
lagi dan itu merupakan telfon dari Asistennya, "Semuanya bilang bahwa
hal ini sangat tidak mungkin untuk mencari seseorang yang bisa berbicara
dalam Dialek Hakata untuk Direktur Nakamura(Klien)." Myung Hoon
menjawab, "Aku mengerti. Pokoknya kau urus saja terlebih dahulu dan coba
tanya orang lain." Kemudian Myung Hoon mengakhiri telfonnya.
Resepsionis
Hotel memanggil Myung Hoon, "Manager, Kepala Direktur Lee memanggil
anda." Myung Hoon mengerti dan segera pergi ke ruangan Kepala Direktur
yang merupakan Mertuanya.
Hotel memanggil Myung Hoon, "Manager, Kepala Direktur Lee memanggil
anda." Myung Hoon mengerti dan segera pergi ke ruangan Kepala Direktur
yang merupakan Mertuanya.
Myung
Hoon masuk kedalam ruangan Kepala Direktur Lee dan memberikan salam.
Terlihat sudah ada Lee Hwa yang duduk di dalam ruangan itu juga. Lee Hwa
tersenyum dan menyapa Myung Hoon ramah. Myung Hoon menunduk memberi
salam dan memperkenalkan diri. Kepala Direktur Lee lalu memperkenalkan
Lee Hwa sebagai perwakilan dari Mondo Group. Myung Hoon tiba-tiba
berkata pada Lee Hwa, "Sudah lama tidak bertemu dengan anda." Kepala
Direktur Lee terlihat bingung, "Kapan kalian berkenalan?" Myung Hoon
menjawab, "Aku ingat bahwa dia datang pada acara pernikahanku." Lee Hwa
tersenyum ramah, "Terima kasih telah meningatnya."
Hoon masuk kedalam ruangan Kepala Direktur Lee dan memberikan salam.
Terlihat sudah ada Lee Hwa yang duduk di dalam ruangan itu juga. Lee Hwa
tersenyum dan menyapa Myung Hoon ramah. Myung Hoon menunduk memberi
salam dan memperkenalkan diri. Kepala Direktur Lee lalu memperkenalkan
Lee Hwa sebagai perwakilan dari Mondo Group. Myung Hoon tiba-tiba
berkata pada Lee Hwa, "Sudah lama tidak bertemu dengan anda." Kepala
Direktur Lee terlihat bingung, "Kapan kalian berkenalan?" Myung Hoon
menjawab, "Aku ingat bahwa dia datang pada acara pernikahanku." Lee Hwa
tersenyum ramah, "Terima kasih telah meningatnya."
Sementara
itu Asisten Myung Hoon dan Shi Young sedang berusaha menyeleksi staff
baru yang bisa berbahasa Jepang dengan dialek Hakata. Namun pencarian
itu sangat sulit karna tidak banyak orang yang bisa berbicara dengan
dialek Hakata.
itu Asisten Myung Hoon dan Shi Young sedang berusaha menyeleksi staff
baru yang bisa berbahasa Jepang dengan dialek Hakata. Namun pencarian
itu sangat sulit karna tidak banyak orang yang bisa berbicara dengan
dialek Hakata.
Ternyata
maksud kedatangan Lee Hwa ke hotel itu untuk mendiskusikan mengenai
kedatangan Nakamura yang merupakan tamu penting. Kepala Direktur Lee
berkata pada Myung Hoon, "Kita belum menemukan yang cocok berbicara
dalam dialek Hakata, jadi mengapa kita tidak menerima bantuan dari Mondo
Group saja?" Lee Hwa tersenyum dan menjelaskan mengenai bantuannya itu,
"Kami akan mengirimkan staff kami. Bagaimana? Di Resort kami memiliki
staff yang bisa bertanggung jawab untuk berbicara dengan Tuan Nakamura
dalam dialek Hakata." Myung Hoon menjawab, "Aku sangat berterima kasih
atas tawarannya namun kami berusaha melakukan ini dengan cara kami."
maksud kedatangan Lee Hwa ke hotel itu untuk mendiskusikan mengenai
kedatangan Nakamura yang merupakan tamu penting. Kepala Direktur Lee
berkata pada Myung Hoon, "Kita belum menemukan yang cocok berbicara
dalam dialek Hakata, jadi mengapa kita tidak menerima bantuan dari Mondo
Group saja?" Lee Hwa tersenyum dan menjelaskan mengenai bantuannya itu,
"Kami akan mengirimkan staff kami. Bagaimana? Di Resort kami memiliki
staff yang bisa bertanggung jawab untuk berbicara dengan Tuan Nakamura
dalam dialek Hakata." Myung Hoon menjawab, "Aku sangat berterima kasih
atas tawarannya namun kami berusaha melakukan ini dengan cara kami."
Kepala
Direktur Lee terlihat bingung, "Tunggu... Apakah kau berniat melakukan
layanan RVIP(Royal, Veri Important Person)? Tamu VVIP akan di layani
sebagai RVIP. Maksud yang kau katakan itu adalah meningkatkan layanan
kita? Para staff pasti kesulitan." Myung Hoon menjawab, "Aku rasa
permasalahan ini akan terselesaikan seiring berjalannya waktu." Lee Hwa
berkomentar, "Dengan segala hormat, Hotel ini tujuannya untuk menampung
tamu dan menawarkan layanan tingkat tinggi. Namun menyediakan hal
seperti itu... Kita harus mempertimbangkannya dalam perekrutan staff."
Myung Hoon balik berkomentar dengan bilang bahwa pandangannya sangat
berbeda dengan pandangan Lee Hwa karna dia yakin bahwa Hotel ini bisa
bersikap seperti layaknya sebuah keluarga dan dia juga yakin bahwa para
staffnya sudah siap untuk berpartisipasi dalam hal ini. Lee Hwa diam
saja dan terlihat kesal. Kepala Direktur Lee terlihat senang dengan
penjelasan Myung Hoon, "Luar biasa. Itulah sebabnya aku menyukai dia
lebih dari anakku sendiri. " Lee Hwa lagi-lagi hanya tersenyum di
paksakan.
Direktur Lee terlihat bingung, "Tunggu... Apakah kau berniat melakukan
layanan RVIP(Royal, Veri Important Person)? Tamu VVIP akan di layani
sebagai RVIP. Maksud yang kau katakan itu adalah meningkatkan layanan
kita? Para staff pasti kesulitan." Myung Hoon menjawab, "Aku rasa
permasalahan ini akan terselesaikan seiring berjalannya waktu." Lee Hwa
berkomentar, "Dengan segala hormat, Hotel ini tujuannya untuk menampung
tamu dan menawarkan layanan tingkat tinggi. Namun menyediakan hal
seperti itu... Kita harus mempertimbangkannya dalam perekrutan staff."
Myung Hoon balik berkomentar dengan bilang bahwa pandangannya sangat
berbeda dengan pandangan Lee Hwa karna dia yakin bahwa Hotel ini bisa
bersikap seperti layaknya sebuah keluarga dan dia juga yakin bahwa para
staffnya sudah siap untuk berpartisipasi dalam hal ini. Lee Hwa diam
saja dan terlihat kesal. Kepala Direktur Lee terlihat senang dengan
penjelasan Myung Hoon, "Luar biasa. Itulah sebabnya aku menyukai dia
lebih dari anakku sendiri. " Lee Hwa lagi-lagi hanya tersenyum di
paksakan.
Myung
Hoon mengantar Lee Hwa keluar Hotel. Lee Hwa berkata, "Aku pikir aku
dapat membantumu kali ini. Hm sayang sekali." Myung Hoon menjawab,
"Senang bertemu denganmu. Dan terima kasih atas perhatian anda." Lee Hwa
masuk kedalam mobil dan dia kemudian meminta pada supirnya untuk
membawa dia ke rumah sakit tempat suaminya di rawat. Sementara itu Myung
Hoon terus melihat kepergian Lee Hwa.
Hoon mengantar Lee Hwa keluar Hotel. Lee Hwa berkata, "Aku pikir aku
dapat membantumu kali ini. Hm sayang sekali." Myung Hoon menjawab,
"Senang bertemu denganmu. Dan terima kasih atas perhatian anda." Lee Hwa
masuk kedalam mobil dan dia kemudian meminta pada supirnya untuk
membawa dia ke rumah sakit tempat suaminya di rawat. Sementara itu Myung
Hoon terus melihat kepergian Lee Hwa.
Mi
Ri sudah mengganti pakaiannya dan dia pun mencari tempat duduk di dalam
kereta. Terlihat ada anak kecil yang terus menatap Mi Ri sementara Ibu
anak itu sedang tertidur. Mi Ri memperlihatkan nail art di kuku jarinya
dan dia bertanya, "Apakah ini terlihat cantik?" Anak kecil itu tersenyum
dan mengangguk. Mi Ri berkta kembali, "Kalau begitu... Terima kasih."
Mi Ri terus menatap anak kecil itu. Matanya melihat kalung yang di pakai
anak kecil itu dan hal itu membuat Mi Ri mengingat masa lalunya...
Ri sudah mengganti pakaiannya dan dia pun mencari tempat duduk di dalam
kereta. Terlihat ada anak kecil yang terus menatap Mi Ri sementara Ibu
anak itu sedang tertidur. Mi Ri memperlihatkan nail art di kuku jarinya
dan dia bertanya, "Apakah ini terlihat cantik?" Anak kecil itu tersenyum
dan mengangguk. Mi Ri berkta kembali, "Kalau begitu... Terima kasih."
Mi Ri terus menatap anak kecil itu. Matanya melihat kalung yang di pakai
anak kecil itu dan hal itu membuat Mi Ri mengingat masa lalunya...
FLASHBACK...
Mi
Ri kecil menangis dan meminta agar Ibunya tidak pergi. Ibunya tidak
mempedulikan tangisan Mi Ri dan terus mengemasi pakaian-pakaiannya
kedalam koper. Ibu Mi Ri mengalungkan sebuah kalung pada Mi Ri dan
berkata, "Kau tunggulah disini sebentar. Ibu akan segera kembali." Saat
Ibu Mi Ri akan pergi keluar, dia bertemu dengan Ayah Mi Ri. Ayah Mi Ri
terlihat bingung dengan kepergian istrinya itu, "Kau mau kemana?" Ibu Mi
Ri tidak menjawab dan terus berjalan pergi sambil membawa kopernya. Mi
Ri mengejarnya namun Ibu Mi Ri segera masuk kedalam Taxi dan pergi
meninggalkan Mi Ri yang terus menangis. Sepanjang hari Mi Ri menunggu
kedatangan Ibunya sambil menatap kalung pemberian Ibunya, namun Ibu Mi
Ri tidak kunjung datang juga.
Ri kecil menangis dan meminta agar Ibunya tidak pergi. Ibunya tidak
mempedulikan tangisan Mi Ri dan terus mengemasi pakaian-pakaiannya
kedalam koper. Ibu Mi Ri mengalungkan sebuah kalung pada Mi Ri dan
berkata, "Kau tunggulah disini sebentar. Ibu akan segera kembali." Saat
Ibu Mi Ri akan pergi keluar, dia bertemu dengan Ayah Mi Ri. Ayah Mi Ri
terlihat bingung dengan kepergian istrinya itu, "Kau mau kemana?" Ibu Mi
Ri tidak menjawab dan terus berjalan pergi sambil membawa kopernya. Mi
Ri mengejarnya namun Ibu Mi Ri segera masuk kedalam Taxi dan pergi
meninggalkan Mi Ri yang terus menangis. Sepanjang hari Mi Ri menunggu
kedatangan Ibunya sambil menatap kalung pemberian Ibunya, namun Ibu Mi
Ri tidak kunjung datang juga.
Pada
akhirnya Ayah Mi Ri meninggal dan Mi Ri pun di titipkan ke Panti Asuhan
karna dia tidak memiliki keluarga lain. Biarawati yang menjadi petugas
panti asuhan itu tersenyum menyambut Mi Ri, "Namamu Mi Ri bukan?
Tenanglah semua anak di panti asuhan ini sama denganmu. Mereka telah
kehilangan orang tuanya." Mi Ri menjawab ketus, "Aku berbeda! Ibuku
masih hidup! Aku bukan yatim piatu!" Terlihat ada seorang anak yang
mencoba menyapa Mi Ri namun Mi Ri tidak mempedulikannya sama sekali.
akhirnya Ayah Mi Ri meninggal dan Mi Ri pun di titipkan ke Panti Asuhan
karna dia tidak memiliki keluarga lain. Biarawati yang menjadi petugas
panti asuhan itu tersenyum menyambut Mi Ri, "Namamu Mi Ri bukan?
Tenanglah semua anak di panti asuhan ini sama denganmu. Mereka telah
kehilangan orang tuanya." Mi Ri menjawab ketus, "Aku berbeda! Ibuku
masih hidup! Aku bukan yatim piatu!" Terlihat ada seorang anak yang
mencoba menyapa Mi Ri namun Mi Ri tidak mempedulikannya sama sekali.
Saat
di sekolah, seorang teman Mi Ri tiba-tiba menarik kalung Mi Ri dan
berkomentar pedas, "Hm kalung ini tidak terlalu buruk. Kau ini yatim
piatu bukan? Semua anak yatim piatu biasanya memakai benda seperti ini.
Sangat mengerikan... Akankah kau tetap bisa hidup? Huh pantas saja Ibumu
meninggalkanmu!" Mi Ri menampar anak yang mengejeknya itu dengan kesal.
Moon Hee Joo yang merupakan teman Mi Ri di panti asuhan pun sangat
terkejut melihat Mi Ri yang menampar temannya. Anak yang di tampar itu
tidak terima makanya dia balas menampar Mi Ri. Hee Joo langsung membela
Mi Ri, "Mi Ri ah, kau baik-baik saja?" Mi Ri sangat kesal dan berniat
balas menampar lagi namun guru mereka masuk kedalam kelas dan melihat
kejadian ini, "YA! Apa yang kau lakukan? Berhenti! Ini lah sebabnya kan
di sebut yatim piatu karna kau bersikap seperti ini!" Mi Ri tidak
mempedulikan perkataan gurunya itu dan tetap saja menampar anak itu.
Sang Guru semakin marah, "Jang Mi Ri! Apa kau tidak mau pergi ke sekolah
lagi hah?" Mi Ri berjalan ke tempat sampah dan langsung membuang
tasnya.
di sekolah, seorang teman Mi Ri tiba-tiba menarik kalung Mi Ri dan
berkomentar pedas, "Hm kalung ini tidak terlalu buruk. Kau ini yatim
piatu bukan? Semua anak yatim piatu biasanya memakai benda seperti ini.
Sangat mengerikan... Akankah kau tetap bisa hidup? Huh pantas saja Ibumu
meninggalkanmu!" Mi Ri menampar anak yang mengejeknya itu dengan kesal.
Moon Hee Joo yang merupakan teman Mi Ri di panti asuhan pun sangat
terkejut melihat Mi Ri yang menampar temannya. Anak yang di tampar itu
tidak terima makanya dia balas menampar Mi Ri. Hee Joo langsung membela
Mi Ri, "Mi Ri ah, kau baik-baik saja?" Mi Ri sangat kesal dan berniat
balas menampar lagi namun guru mereka masuk kedalam kelas dan melihat
kejadian ini, "YA! Apa yang kau lakukan? Berhenti! Ini lah sebabnya kan
di sebut yatim piatu karna kau bersikap seperti ini!" Mi Ri tidak
mempedulikan perkataan gurunya itu dan tetap saja menampar anak itu.
Sang Guru semakin marah, "Jang Mi Ri! Apa kau tidak mau pergi ke sekolah
lagi hah?" Mi Ri berjalan ke tempat sampah dan langsung membuang
tasnya.
Mi
Ri di hukum di panti asuhannya dengan cara disuruh mengangkat tangannya
sepanjang malam. Mi Ri diam-diam menangis, "Ibu... Aku takut. Bawa aku
bersamamu...."
Ri di hukum di panti asuhannya dengan cara disuruh mengangkat tangannya
sepanjang malam. Mi Ri diam-diam menangis, "Ibu... Aku takut. Bawa aku
bersamamu...."
FLASHBACK END.
Seorang
pramugari membangunkan Mi Ri yang tertidur di dalam pesawat. Mi Ri
terbangun dan dia baru tersadar bahwa tinggal dia lah yang berada di
dalam pesawat yang sudah mendarat di Korea. Mi Ri menghapus air matanya
dan segera keluar dari pesawat.
pramugari membangunkan Mi Ri yang tertidur di dalam pesawat. Mi Ri
terbangun dan dia baru tersadar bahwa tinggal dia lah yang berada di
dalam pesawat yang sudah mendarat di Korea. Mi Ri menghapus air matanya
dan segera keluar dari pesawat.
Saat
di bagian imigrasi, Mi Ri menyerahkan passport Jepangnya. Petugas
bertanya, "Apa kau dalam liburan?" Mi Ri kebingungan. Petugas itu pun
menjelaskan, "Jika kau datang kemari untuk bekerja maka itu tindakan
ilegal tanpa visa. Kau bisa di deportasi (Di kembalikan ke negara asal
Jepang karna passport Mi Ri itu di keluarkan Jepang.)" Mi Ri terlihat
diam saja.
di bagian imigrasi, Mi Ri menyerahkan passport Jepangnya. Petugas
bertanya, "Apa kau dalam liburan?" Mi Ri kebingungan. Petugas itu pun
menjelaskan, "Jika kau datang kemari untuk bekerja maka itu tindakan
ilegal tanpa visa. Kau bisa di deportasi (Di kembalikan ke negara asal
Jepang karna passport Mi Ri itu di keluarkan Jepang.)" Mi Ri terlihat
diam saja.
Mi
Ri terdiam lama di depan bandara. Dia terlihat kebingungan dan juga
ketakutan. Mi Ri menggunakan topinya dan kemudian berjalan pergi.
Ri terdiam lama di depan bandara. Dia terlihat kebingungan dan juga
ketakutan. Mi Ri menggunakan topinya dan kemudian berjalan pergi.
Yoo
Hyun sedang membereskan barang-barangnya di tempat tinggal barunya. Dan
dia juga sedang menelfon Ibunya, "Tidak apa-apa Ibu... Ini lebih baik
dari yang aku bayangkan." Ibunya Yoo Hyun itu ternyata Lee Hwa. Lee Hwa
berkata pada Yoo Hyun, "Tetap saja aku khawatir. Kau sebaiknya pulanglah
ke rumah. Walaupun kau bilang agar bisa mandiri tapi Ayahmu pasti
kecewa jika dia kembali dari Rumah sakit dan kau tidak ada." Yoo Hyun
berkata, "Maafkan aku. Aku berencana akan segera ke rumah sakit. Apa
Ayah baik-baik saja? Baguslah jika tidak apa-apa. Hari ini atau mungkin
besok aku akan mengunjunginya setelah beres-beres tempat tinggalku."
Chul Jin yang sedang membantu Yoo Hyun di tempat tinggal barunya itu
berkomentar, "Huh siapa yang tau kapan kita bisa menyelesaikan tempat
ini..."
Hyun sedang membereskan barang-barangnya di tempat tinggal barunya. Dan
dia juga sedang menelfon Ibunya, "Tidak apa-apa Ibu... Ini lebih baik
dari yang aku bayangkan." Ibunya Yoo Hyun itu ternyata Lee Hwa. Lee Hwa
berkata pada Yoo Hyun, "Tetap saja aku khawatir. Kau sebaiknya pulanglah
ke rumah. Walaupun kau bilang agar bisa mandiri tapi Ayahmu pasti
kecewa jika dia kembali dari Rumah sakit dan kau tidak ada." Yoo Hyun
berkata, "Maafkan aku. Aku berencana akan segera ke rumah sakit. Apa
Ayah baik-baik saja? Baguslah jika tidak apa-apa. Hari ini atau mungkin
besok aku akan mengunjunginya setelah beres-beres tempat tinggalku."
Chul Jin yang sedang membantu Yoo Hyun di tempat tinggal barunya itu
berkomentar, "Huh siapa yang tau kapan kita bisa menyelesaikan tempat
ini..."
Mi Ri mencari tempat tinggal dan dia pun menemukan sebuah penginapan kecil untuk tempat tinggalnya sementara itu.
Yoo
Hyun selesai menelfon Lee Hwa. Chul Jin berkomentar, "Ini sangat lucu.
Menolak untuk mengurus perusahaanmu sendiri." Yoo Hyun tertawa, "Ya
jangan seperti itu. Kau pikir demi masalah besar itu aku akan membuat
temanku dalam penderitaan? Aku sudah katakan tidak akan seperti ini
untuk kedepannya." Chul Jin menjawab, "Lupakan saja. Kau tidak perlu
melakukan hal seperti itu. Cukup bawakan aku segelas air." Yoo Hyun
menunjukan minuman yang dia punya, "Hanya ada jus." Chul Jin bersikukuh
bahwa dia ingin minum air mineral.
Hyun selesai menelfon Lee Hwa. Chul Jin berkomentar, "Ini sangat lucu.
Menolak untuk mengurus perusahaanmu sendiri." Yoo Hyun tertawa, "Ya
jangan seperti itu. Kau pikir demi masalah besar itu aku akan membuat
temanku dalam penderitaan? Aku sudah katakan tidak akan seperti ini
untuk kedepannya." Chul Jin menjawab, "Lupakan saja. Kau tidak perlu
melakukan hal seperti itu. Cukup bawakan aku segelas air." Yoo Hyun
menunjukan minuman yang dia punya, "Hanya ada jus." Chul Jin bersikukuh
bahwa dia ingin minum air mineral.
Petugas
penginapan itu membawa Mi Ri menuju kamar yang akan di sewa oleh Mi Ri.
Tiba-tiba saja sebuah pintu kamar terbuka dan hal itu membuat Mi Ri
bertabrakan dengan Yoo Hyun yang keluar dari pintu itu. Dan lagi ada
sisa kuah ramen yang tumpah ke baju Mi Ri. Mi Ri tentu kesal dengan hal
ini. Yoo Hyun yang lama tinggal di Jepang pun meminta maaf dalam bahasa
Jepang namun saat dia sadar dia ada di Korea maka dia segera
menggantinya dalam bahasa Korea, "Maaf(Bahasa Jepang). Ah maafkan aku.
Kau tidak apa-apa? Aku sungguh meminta maaf (Bahasa Korea)." Yoo Hyun
mengambil lap dan dia terdiam terpana saat melihat Mi Ri melepas
topinya.
penginapan itu membawa Mi Ri menuju kamar yang akan di sewa oleh Mi Ri.
Tiba-tiba saja sebuah pintu kamar terbuka dan hal itu membuat Mi Ri
bertabrakan dengan Yoo Hyun yang keluar dari pintu itu. Dan lagi ada
sisa kuah ramen yang tumpah ke baju Mi Ri. Mi Ri tentu kesal dengan hal
ini. Yoo Hyun yang lama tinggal di Jepang pun meminta maaf dalam bahasa
Jepang namun saat dia sadar dia ada di Korea maka dia segera
menggantinya dalam bahasa Korea, "Maaf(Bahasa Jepang). Ah maafkan aku.
Kau tidak apa-apa? Aku sungguh meminta maaf (Bahasa Korea)." Yoo Hyun
mengambil lap dan dia terdiam terpana saat melihat Mi Ri melepas
topinya.
Yoo
Hyun mendekati Mi Ri dan berusaha membantu membersihkan ramen yang
tertumpah di pakaian Mi Ri. Mi Ri langsung marah melihat sikap Yoo Hyun
yang sembarangan mendekatinya. Dan tanpa sadar Mi Ri juga berkata dalam
bahasa Jepang, "Kau! Apa yang kau lakukan hah?" Yoo Hyun terkejut saat
mengetahui Mi Ri dapat berbahasa Jepang makanya dia balas berkata dalam
bahasa Jepang, "Apa kau dari Jepang? Aku juga dari Jepang." Mi Ri tidak
mempedulikan itu dan merebut lap di tangan Yoo Hyun untuk membersihkan
pakaiannya. Petugas penginapan yang melihat ada ramen yang tumpah pun
langsung berkomentar, "Apa-apaan ini? Cepat bersihkan!"
Hyun mendekati Mi Ri dan berusaha membantu membersihkan ramen yang
tertumpah di pakaian Mi Ri. Mi Ri langsung marah melihat sikap Yoo Hyun
yang sembarangan mendekatinya. Dan tanpa sadar Mi Ri juga berkata dalam
bahasa Jepang, "Kau! Apa yang kau lakukan hah?" Yoo Hyun terkejut saat
mengetahui Mi Ri dapat berbahasa Jepang makanya dia balas berkata dalam
bahasa Jepang, "Apa kau dari Jepang? Aku juga dari Jepang." Mi Ri tidak
mempedulikan itu dan merebut lap di tangan Yoo Hyun untuk membersihkan
pakaiannya. Petugas penginapan yang melihat ada ramen yang tumpah pun
langsung berkomentar, "Apa-apaan ini? Cepat bersihkan!"
Yoo
Hyun berkata pada Mi Ri dan bahasa Korea, "Aku sangat menyesal. Jika
mungkin maka aku..." Mi Ri menatapnya tajam, "Apa yang mau kau lakukan?
Apa yang kau bisa lakukan? Kau terus saja berbicara!" Yoo Hyun menjawab,
"Apapun yang kau minta. Lepaskan saja jaketmu itu, aku akan
mencucikannya untukmu. Bisakah aku melakukan itu?" Mi Ri menjawab ketus,
"Tidak. Kau tidak bisa melakukannya! Aku akan mengganti pakaianku jadi
itu bukan masalah besar." Mi Ri merapihkan kopernya dan berniat masuk
kedalam kamarnya namun Yoo Hyun menahannya, "Hmm itu. Aku tinggal di
kamar depan ini jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa mencariku. Aku
akan mencoba membantumu." Mi Ri tidak berkomentar apapun dan segera
masuk kedalam kamarnya.
Hyun berkata pada Mi Ri dan bahasa Korea, "Aku sangat menyesal. Jika
mungkin maka aku..." Mi Ri menatapnya tajam, "Apa yang mau kau lakukan?
Apa yang kau bisa lakukan? Kau terus saja berbicara!" Yoo Hyun menjawab,
"Apapun yang kau minta. Lepaskan saja jaketmu itu, aku akan
mencucikannya untukmu. Bisakah aku melakukan itu?" Mi Ri menjawab ketus,
"Tidak. Kau tidak bisa melakukannya! Aku akan mengganti pakaianku jadi
itu bukan masalah besar." Mi Ri merapihkan kopernya dan berniat masuk
kedalam kamarnya namun Yoo Hyun menahannya, "Hmm itu. Aku tinggal di
kamar depan ini jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa mencariku. Aku
akan mencoba membantumu." Mi Ri tidak berkomentar apapun dan segera
masuk kedalam kamarnya.
Kamar
sewaan Mi Ri itu terlihat sangat kecil. Hanya ada kasur dan beberapa
perlangkapan lainnya. Mi Ri duduk di kasur dan dia mulai menangis.
sewaan Mi Ri itu terlihat sangat kecil. Hanya ada kasur dan beberapa
perlangkapan lainnya. Mi Ri duduk di kasur dan dia mulai menangis.
Mi
Ri berusaha mencari kerja selama dia berada di Korea. Dia mendatangi
perusahaan-perusahaan namun dia selalu mendapatkan penolakan karna dia
bahkan tidak lulus SMA dan lagi salah satu perusahaan membahas masalah
Visa Mi Ri yang sebentar lagi berakhir. Mi Ri terus mencoba melamar
pekerjaan namun tetap tidak ada perusahaan yang mau menerimanya.
Sehingga terpaksa Mi Ri hanya bisa bekerja di Restaurant dan juga di
tempat cuci Mobil yang tidak membutuhkan Ijasah.
Ri berusaha mencari kerja selama dia berada di Korea. Dia mendatangi
perusahaan-perusahaan namun dia selalu mendapatkan penolakan karna dia
bahkan tidak lulus SMA dan lagi salah satu perusahaan membahas masalah
Visa Mi Ri yang sebentar lagi berakhir. Mi Ri terus mencoba melamar
pekerjaan namun tetap tidak ada perusahaan yang mau menerimanya.
Sehingga terpaksa Mi Ri hanya bisa bekerja di Restaurant dan juga di
tempat cuci Mobil yang tidak membutuhkan Ijasah.
Shi
Young mendengar rencana Myung Hoon untuk membuat RVIP dan tentu saja
dia menolak hal itu, bahkan dia menyebut Myung Hoon sudah gila.
Asistennya ikut berkomentar bahwa dia saja tidak bisa mendengar dengan
jelas Dialek Hakata. Shi Young mengejek Shi Young, "Kau saja tidak bisa
mengerti Dialek Gyeongsang(Diaelk Bahasa Korea), lalu bagaimana caranya
kau mengerti Bahasa Jepang hah?" Shi Young lalu berkata pada Myung Hoo,
"Aku benar-benar gila. Myung Hoon jangan lakukan ini." Myung Hoon
menjawab, "Tidak ada cara lagi. Kita harus mencari yang bisa berbicara
dalam dialek Hakata." Shi Young berkata kesal, "Kemana lagi aku harus
mencari orang yang bisa berbicara dialek Hakata?? Di Tokyo, Osaka,
Okinawa!! Tidak hanya di Hakata, di Fukuoka saja tidak ada yang bisa
berbicara dialek Hakata!! Lalu dimana aku harus mencarinya??!!" Myung
Hoon menjawab, "Aku tidak bilang bahwa aku akan membuat RVIP. Aku
mengatakan akan membuatnya jika kita tidak menemukan yang bisa berbicara
dialek Hakata." Shi Young terus marah-marah, "Kemana lagi aku harus
mencari?? Jepang, semua hotel, semua group?? Aku bahkan mencarinya ke
pusat kebudayaan Jepang!! Dimana??" Myung Hoon menghubungi Asistennya
untuk mempersiapkan perjalanannya dan kemudian dia bilang pada Shi Young
untuk melanjutkan pembicaraan ini lain kali saja.
Young mendengar rencana Myung Hoon untuk membuat RVIP dan tentu saja
dia menolak hal itu, bahkan dia menyebut Myung Hoon sudah gila.
Asistennya ikut berkomentar bahwa dia saja tidak bisa mendengar dengan
jelas Dialek Hakata. Shi Young mengejek Shi Young, "Kau saja tidak bisa
mengerti Dialek Gyeongsang(Diaelk Bahasa Korea), lalu bagaimana caranya
kau mengerti Bahasa Jepang hah?" Shi Young lalu berkata pada Myung Hoo,
"Aku benar-benar gila. Myung Hoon jangan lakukan ini." Myung Hoon
menjawab, "Tidak ada cara lagi. Kita harus mencari yang bisa berbicara
dalam dialek Hakata." Shi Young berkata kesal, "Kemana lagi aku harus
mencari orang yang bisa berbicara dialek Hakata?? Di Tokyo, Osaka,
Okinawa!! Tidak hanya di Hakata, di Fukuoka saja tidak ada yang bisa
berbicara dialek Hakata!! Lalu dimana aku harus mencarinya??!!" Myung
Hoon menjawab, "Aku tidak bilang bahwa aku akan membuat RVIP. Aku
mengatakan akan membuatnya jika kita tidak menemukan yang bisa berbicara
dialek Hakata." Shi Young terus marah-marah, "Kemana lagi aku harus
mencari?? Jepang, semua hotel, semua group?? Aku bahkan mencarinya ke
pusat kebudayaan Jepang!! Dimana??" Myung Hoon menghubungi Asistennya
untuk mempersiapkan perjalanannya dan kemudian dia bilang pada Shi Young
untuk melanjutkan pembicaraan ini lain kali saja.
Mi
Ri berjalan lesu karna dia tidak berhasil mendapatkan satu pun
pekerjaan di perusahaan. MiRi mampir ke sebuah supermarket mini. HPnya
berbunyi dan ternyata ada SMS yang memberikan kabar bahwa Mi Ri
lagi-lagi tidak lolos wawancara. Mi Ri menghela nafas dan melihat-lihat
barang di supermarket itu.
Ri berjalan lesu karna dia tidak berhasil mendapatkan satu pun
pekerjaan di perusahaan. MiRi mampir ke sebuah supermarket mini. HPnya
berbunyi dan ternyata ada SMS yang memberikan kabar bahwa Mi Ri
lagi-lagi tidak lolos wawancara. Mi Ri menghela nafas dan melihat-lihat
barang di supermarket itu.
Yoo
Hyun datang ke supermarket yang sama dengan yang di datangi Mi Ri. Dia
terlihat senang saat melihat Mi Ri makanya dia segera menghampiri Mi Ri,
"Apa yang kau beli?" Mi Ri melihat Yoo Hyun dan tidak mempedulikan
pertanyaan Yoo Hyun. Yoo Hyun terus berusaha mengajak Mi Ri berbicara,
"Aku juga datang kemari untuk membeli beberapa barang. Terkadang terlalu
mahal makanya aku tidak membeli banyak barang. Ini pertama kalinya
aku..." Mi Ri tidak mempedulikan Yoo Hyun dan segera berjalan pergi.
Melihat Mi Ri berjalan pergi maka dengan cepat Yoo Hyun menyusulnya.
Hyun datang ke supermarket yang sama dengan yang di datangi Mi Ri. Dia
terlihat senang saat melihat Mi Ri makanya dia segera menghampiri Mi Ri,
"Apa yang kau beli?" Mi Ri melihat Yoo Hyun dan tidak mempedulikan
pertanyaan Yoo Hyun. Yoo Hyun terus berusaha mengajak Mi Ri berbicara,
"Aku juga datang kemari untuk membeli beberapa barang. Terkadang terlalu
mahal makanya aku tidak membeli banyak barang. Ini pertama kalinya
aku..." Mi Ri tidak mempedulikan Yoo Hyun dan segera berjalan pergi.
Melihat Mi Ri berjalan pergi maka dengan cepat Yoo Hyun menyusulnya.
Yoo
Hyun berjalan disisi Mi Ri dan mengajaknya berbicara, "Kau... apa tidak
ada yang mau kau katakan? Aku tidak pernah mendengar kau berbicara satu
kalimat panjang. Ini terlihat seperti kau tidak mau banyak bicara tapi
kau pasti sangat mudah memperlihatkan perasaanmu. Apakah aku benar? Aku
sebenarnya orang seperti itu juga. Tapi entah mengapa melihatmu
membuatku ingin berbicara denganmu. Apakah kau tinggal sendiri? Ah aku
sangat merasa bersalah dengan kejadian kemarin. Ini adalah pertama
kalinya aku tinggal ditempat seperti itu dan aku tidak begitu mengenal
banyak orang." Mi Ri berkata ketus, "Lupakan saja!" Mi Ri kemudian masuk
kedalam penginapan dan meninggalkan Yoo Hyun.
Hyun berjalan disisi Mi Ri dan mengajaknya berbicara, "Kau... apa tidak
ada yang mau kau katakan? Aku tidak pernah mendengar kau berbicara satu
kalimat panjang. Ini terlihat seperti kau tidak mau banyak bicara tapi
kau pasti sangat mudah memperlihatkan perasaanmu. Apakah aku benar? Aku
sebenarnya orang seperti itu juga. Tapi entah mengapa melihatmu
membuatku ingin berbicara denganmu. Apakah kau tinggal sendiri? Ah aku
sangat merasa bersalah dengan kejadian kemarin. Ini adalah pertama
kalinya aku tinggal ditempat seperti itu dan aku tidak begitu mengenal
banyak orang." Mi Ri berkata ketus, "Lupakan saja!" Mi Ri kemudian masuk
kedalam penginapan dan meninggalkan Yoo Hyun.
Myung
Hoon sedang berada di mobilnya dan dia ternyata ingat Lee Hwa itu bukan
karna Lee Hwa pernah datang ke pernikahannya, melainkan pernah melihat
Lee Hwa yang sedang berbicara dengan Nakamura(Klien Hotelnya). Di
pertemuan itu Lee Hwa membujuk Nakamura agar beralih ke Hotelnya Lee
Hwa.
Hoon sedang berada di mobilnya dan dia ternyata ingat Lee Hwa itu bukan
karna Lee Hwa pernah datang ke pernikahannya, melainkan pernah melihat
Lee Hwa yang sedang berbicara dengan Nakamura(Klien Hotelnya). Di
pertemuan itu Lee Hwa membujuk Nakamura agar beralih ke Hotelnya Lee
Hwa.
Myung
Hoon datang ke sebuah tempat dan meminta tolong pada Seniornya agar
memberikan daftar staff Seniornya itu yang bisa berbicara dalam dialek
Hakata. Seniornya itu terlihat enggan membantu Myung Hoon, "Jadi kau mau
mempekerjakan staffku yang bisa berbicara dialek Hakata itu di Hotelmu
hah? Apakah aku sebodoh itu?" Myung Hoon terus memohon pada seniornya
itu, "Hyung, aku tidak ada pilihan lain. Ini demi tamu yang sangat
penting. Pilihan dia akan menjadi penentuan Hotel kami kedepannya."
Akhirnya Seniornya itu memerintahkan sekertarisnya untuk membawakan
daftar staff yang bekerja. Myung Hoon senang akan hal itu, "Hyung aku
tidak akan melupakan jasamu." Seniornya menjawab ketus, "Huh sudahlah
kau pergi saja." Myung Hoon pun memberikan salam dan keluar dari ruangan
Seniornya itu.
Hoon datang ke sebuah tempat dan meminta tolong pada Seniornya agar
memberikan daftar staff Seniornya itu yang bisa berbicara dalam dialek
Hakata. Seniornya itu terlihat enggan membantu Myung Hoon, "Jadi kau mau
mempekerjakan staffku yang bisa berbicara dialek Hakata itu di Hotelmu
hah? Apakah aku sebodoh itu?" Myung Hoon terus memohon pada seniornya
itu, "Hyung, aku tidak ada pilihan lain. Ini demi tamu yang sangat
penting. Pilihan dia akan menjadi penentuan Hotel kami kedepannya."
Akhirnya Seniornya itu memerintahkan sekertarisnya untuk membawakan
daftar staff yang bekerja. Myung Hoon senang akan hal itu, "Hyung aku
tidak akan melupakan jasamu." Seniornya menjawab ketus, "Huh sudahlah
kau pergi saja." Myung Hoon pun memberikan salam dan keluar dari ruangan
Seniornya itu.
Myung
Hoon masuk kedalam lift dan melihat ada sebuah poster untuk konser
Piano. Dan yang mengadakan konser itu adalah istrinya, Lee Gwi Yeon.
Hoon masuk kedalam lift dan melihat ada sebuah poster untuk konser
Piano. Dan yang mengadakan konser itu adalah istrinya, Lee Gwi Yeon.

Mi
Ri datang ke gedung yang sama yang di datangi oleh Myung Hoon. Dan pada
saat dia mau masuk kedalam lift, Myung Hoon berjalan keluar dari dalam
lift itu.
Ri datang ke gedung yang sama yang di datangi oleh Myung Hoon. Dan pada
saat dia mau masuk kedalam lift, Myung Hoon berjalan keluar dari dalam
lift itu.
Myung
Hoon datang ke sebuah ruangan dimana akan di adakan konser piano oleh
Gwi Yeon. Tapi ternyata yang dia lihat di ruangan itu adalah istrinya
yang sedang berciuman dengan laki-laki lain. Gwi Yeon menyadari
kedatangan Myung Hoon dan dia justru tersenyum sinis pada Myung Hoon.
Hoon datang ke sebuah ruangan dimana akan di adakan konser piano oleh
Gwi Yeon. Tapi ternyata yang dia lihat di ruangan itu adalah istrinya
yang sedang berciuman dengan laki-laki lain. Gwi Yeon menyadari
kedatangan Myung Hoon dan dia justru tersenyum sinis pada Myung Hoon.
Mi
Ri sedang menunggu untuk di wawancara. Dan saat nomor pesertanya di
panggil, Mi Ri pun segera masuk kedalam ruang wawancara bersama 2 orang
lainnya. Yang mewawancara itu terus bertanya pada 2 orang lainnya, namun
dia tidak menanyakan apapun pada Mi Ri. Mi Ri kecewa dan dia merasa
bahwa dia tidak akan lolos wawancara ini. Direktur yang mewawancara
mempersilahkan para peserta wawancara untuk pergi, namun dia meminta Mi
Ri untuk tetap tinggal di ruangan itu. Mi Ri pun tanpa curiga tetap diam
di ruangan wawancara itu. Direktur itu kemudian meminta pada asistennya
untuk mengantar dokumen ke ruangan lain sehingga yang tersisa di
ruangan itu hanya dia dan juga Mi Ri. Tiba-tiba saja Direktur itu
mendekati pintu dan mengunci pintunya.
Ri sedang menunggu untuk di wawancara. Dan saat nomor pesertanya di
panggil, Mi Ri pun segera masuk kedalam ruang wawancara bersama 2 orang
lainnya. Yang mewawancara itu terus bertanya pada 2 orang lainnya, namun
dia tidak menanyakan apapun pada Mi Ri. Mi Ri kecewa dan dia merasa
bahwa dia tidak akan lolos wawancara ini. Direktur yang mewawancara
mempersilahkan para peserta wawancara untuk pergi, namun dia meminta Mi
Ri untuk tetap tinggal di ruangan itu. Mi Ri pun tanpa curiga tetap diam
di ruangan wawancara itu. Direktur itu kemudian meminta pada asistennya
untuk mengantar dokumen ke ruangan lain sehingga yang tersisa di
ruangan itu hanya dia dan juga Mi Ri. Tiba-tiba saja Direktur itu
mendekati pintu dan mengunci pintunya.
Laki-laki
yang berciuman dengan Gwi Yeon itu keluar dari ruangan sehingga di
ruangan itu hanya ada Gwi Yeon dan Myung Hoon. Myung Hoon bertanya, "Apa
yang kau lakukan?" Gwi Yeon tersenyum sambil menyiapkan sebatang rokok,
"Kau dan aku ini berbeda. Kau tidak tau bagaimana rasanya kebebasan."
Myung Hoon berkata, "Setidaknya kau harus memiliki harga diri!" Gwi Yeon
yang semula mau menyalakan rokoknya pun menghentikan hal itu, "Harga
diri? Kau bahkan adalah seseorang yang sadar jika istrinya ini
berselingkuh. Harga diri apa yang kau maksudkan? Lagi pula kau hidup
bukan untuk diriku. Kau hidup untuk Ayahku! Jika kau mau bercerai, maka
katakan." Myung Hoon diam mendengarnya.
yang berciuman dengan Gwi Yeon itu keluar dari ruangan sehingga di
ruangan itu hanya ada Gwi Yeon dan Myung Hoon. Myung Hoon bertanya, "Apa
yang kau lakukan?" Gwi Yeon tersenyum sambil menyiapkan sebatang rokok,
"Kau dan aku ini berbeda. Kau tidak tau bagaimana rasanya kebebasan."
Myung Hoon berkata, "Setidaknya kau harus memiliki harga diri!" Gwi Yeon
yang semula mau menyalakan rokoknya pun menghentikan hal itu, "Harga
diri? Kau bahkan adalah seseorang yang sadar jika istrinya ini
berselingkuh. Harga diri apa yang kau maksudkan? Lagi pula kau hidup
bukan untuk diriku. Kau hidup untuk Ayahku! Jika kau mau bercerai, maka
katakan." Myung Hoon diam mendengarnya.
Direktur
yang mewawancara itu membaca formulir milik Mi Ri, "Kau tidak memiliki
keluarga, tidak memiliki latar belakang pendidikan dan kau juga di
kejar-kejar penagih hutang. Apakah ilegal jika kau tinggal disini tanpa
visa kerja? Tapi tenang saja, kau hanya perlu berputar." Mi Ri terlihat
bingung. Direktur itu melanjutkan ucapannya, "Kau memiliki tubuh yang
indah. Walaupun kau memiliki harga diri tapi yang paling utama adalah
melihat apa yang kau miliki." Mi Ri tidak ada pilihan lain dan dia pun
berputar di depan Direktur. Direktur itu tiba-tiba saja memegang
pinggang Mi Ri dan Mi Ri pun memberontak. Di ruangan Direktur terdengar
kegaduhan sehingga asistennya di luar ruangan pun bertanya, "Direktur,
apa kau baik-baik saja?" Direktur itu menjawab, "Aku baik-baik saja." Mi
Ri berkata dingin pada Direktur itu, "Aku tidak baik-baik saja!!"
yang mewawancara itu membaca formulir milik Mi Ri, "Kau tidak memiliki
keluarga, tidak memiliki latar belakang pendidikan dan kau juga di
kejar-kejar penagih hutang. Apakah ilegal jika kau tinggal disini tanpa
visa kerja? Tapi tenang saja, kau hanya perlu berputar." Mi Ri terlihat
bingung. Direktur itu melanjutkan ucapannya, "Kau memiliki tubuh yang
indah. Walaupun kau memiliki harga diri tapi yang paling utama adalah
melihat apa yang kau miliki." Mi Ri tidak ada pilihan lain dan dia pun
berputar di depan Direktur. Direktur itu tiba-tiba saja memegang
pinggang Mi Ri dan Mi Ri pun memberontak. Di ruangan Direktur terdengar
kegaduhan sehingga asistennya di luar ruangan pun bertanya, "Direktur,
apa kau baik-baik saja?" Direktur itu menjawab, "Aku baik-baik saja." Mi
Ri berkata dingin pada Direktur itu, "Aku tidak baik-baik saja!!"
Direktur
kembali mencoba memeluk Mi Ri namun Mi Ri segera memelintir lengan
Direktur , "Ya aku tidak bisa bersekolah karena aku tidak memiliki uang!
Apa kau tidak mengerti rasanya seperti itu hah! Ya aku tidak memiliki
orang tua! Aku yatim piatu!! Kau brengsek!!!"
kembali mencoba memeluk Mi Ri namun Mi Ri segera memelintir lengan
Direktur , "Ya aku tidak bisa bersekolah karena aku tidak memiliki uang!
Apa kau tidak mengerti rasanya seperti itu hah! Ya aku tidak memiliki
orang tua! Aku yatim piatu!! Kau brengsek!!!"
Gwi
Yeon melihat kertas musiknya dan berkata pada Myung Hoon, "Semuanya
sudah siap jadi tinggal menghubungi Pengacara. Karena kita tidak
memiliki anak, jadi tidak perlu ada yang di khawatirkan. Mengenai uang,
aku akan mengirimkan uang padamu jadi kau tidak perlu khawatir." Myung
Hoon kesal mendengarnya, "Kau pikir aku akan mendengarkan apa yang kau
katakan?" Gwi Yeon tersenyum, "Kau terlihat seperti manusia saat marah.
Kau bukanlah orang yang seperti itu. Jika perlu, aku akan merelakannya
walaupun ini mengenai perasaanku." Myung Hoon berkata, "Kita bicarakan
nanti saja." Myung Hoon berjalan pergi namun langkahnya itu terhenti
oleh ucapan Gwi Yeon, "Tidak ada yang perlu di bicarakan. Apakah aku
meninggalkan hal yang penting? Munafik!" Myung Hoon melanjutkan
langkahnya keluar dari ruangan itu sementara Gwi Yeon memainkan
pianonya.
Yeon melihat kertas musiknya dan berkata pada Myung Hoon, "Semuanya
sudah siap jadi tinggal menghubungi Pengacara. Karena kita tidak
memiliki anak, jadi tidak perlu ada yang di khawatirkan. Mengenai uang,
aku akan mengirimkan uang padamu jadi kau tidak perlu khawatir." Myung
Hoon kesal mendengarnya, "Kau pikir aku akan mendengarkan apa yang kau
katakan?" Gwi Yeon tersenyum, "Kau terlihat seperti manusia saat marah.
Kau bukanlah orang yang seperti itu. Jika perlu, aku akan merelakannya
walaupun ini mengenai perasaanku." Myung Hoon berkata, "Kita bicarakan
nanti saja." Myung Hoon berjalan pergi namun langkahnya itu terhenti
oleh ucapan Gwi Yeon, "Tidak ada yang perlu di bicarakan. Apakah aku
meninggalkan hal yang penting? Munafik!" Myung Hoon melanjutkan
langkahnya keluar dari ruangan itu sementara Gwi Yeon memainkan
pianonya.
Asisten
Direktur dan 2 orang petugas keamanan masuk kedalam ruangan Direktur
dan melihat Mi Ri yang sedang memelintir lengan Direktur. Mi Ri
melepaskan tangan Direktur, "Tanya orang ini apa yang terjadi!" Direktur
justru membalikan fakta yang ada, "Wanita ini menyerangku karna dia
tidak bisa bekerja disni!" Mi Ri terkejut karena kebohongan Direktur itu
makanya dia kembali menyerang Direktur, "Apa yang kau katakan hah?!" 2
orang petugas keamanan itu menarik Mi Ri dan menjatuhkannya ke lantai.
Mi Ri benar-benar tidak menyangka bahwa dia lah yang di anggap bersalah.
Direktur berkata pada Mi Ri, "Dasar perempuan gila!" Mi Ri terdiam dan
perlahan air matanya mulai turun.
Direktur dan 2 orang petugas keamanan masuk kedalam ruangan Direktur
dan melihat Mi Ri yang sedang memelintir lengan Direktur. Mi Ri
melepaskan tangan Direktur, "Tanya orang ini apa yang terjadi!" Direktur
justru membalikan fakta yang ada, "Wanita ini menyerangku karna dia
tidak bisa bekerja disni!" Mi Ri terkejut karena kebohongan Direktur itu
makanya dia kembali menyerang Direktur, "Apa yang kau katakan hah?!" 2
orang petugas keamanan itu menarik Mi Ri dan menjatuhkannya ke lantai.
Mi Ri benar-benar tidak menyangka bahwa dia lah yang di anggap bersalah.
Direktur berkata pada Mi Ri, "Dasar perempuan gila!" Mi Ri terdiam dan
perlahan air matanya mulai turun.
Mi
Ri keluar dari ruangan Direktur dengan pakaian yang berantakan. Para
peserta wawancara yang melihat hal itu pun mulai saling berbisik
membicarakan Mi Ri. Tangan Mi Ri terlihat bergetar dan dia segera
bergegas masuk kedalam lift.
Ri keluar dari ruangan Direktur dengan pakaian yang berantakan. Para
peserta wawancara yang melihat hal itu pun mulai saling berbisik
membicarakan Mi Ri. Tangan Mi Ri terlihat bergetar dan dia segera
bergegas masuk kedalam lift.
Myung
Hoon keluar dari ruangan Gwi Yeon dengan perasaan kacau. Dia masuk
kedalam lift untuk turun ke basement, tempat dia memarkirkan mobilnya.
Hoon keluar dari ruangan Gwi Yeon dengan perasaan kacau. Dia masuk
kedalam lift untuk turun ke basement, tempat dia memarkirkan mobilnya.
Mi Ri pergi ke kamar mandi dan lagi-lagi dia menangis. Mi Ri menatap kaca dan dia terlihat sangat kesal.
Moon
Hee Joo yang merupakan teman kecil Mi Ri saat di panti asuhan sudah
tumbuh dewasa dan dia besar menjadi wanita yang ceroboh. Hee Joo
berjalan melewati zebra cross dengan terburu-buru karna dia memiliki
wawancara penting. Namun saat melihat ada seorang Nenek yang terjatuh di
tengah jalan, Hee Joo pun dengan cepat menolongnya. Dan dia tanpa
sengaja meletakan dokument pentingnya itu di tengah jalan. Setelah
membantu Nenek itu, Hee Joo segera pergi ke tempat wawancara yang di
adakan di Pusat Kebudayaan Jepang.
Hee Joo yang merupakan teman kecil Mi Ri saat di panti asuhan sudah
tumbuh dewasa dan dia besar menjadi wanita yang ceroboh. Hee Joo
berjalan melewati zebra cross dengan terburu-buru karna dia memiliki
wawancara penting. Namun saat melihat ada seorang Nenek yang terjatuh di
tengah jalan, Hee Joo pun dengan cepat menolongnya. Dan dia tanpa
sengaja meletakan dokument pentingnya itu di tengah jalan. Setelah
membantu Nenek itu, Hee Joo segera pergi ke tempat wawancara yang di
adakan di Pusat Kebudayaan Jepang.
Di
tempat wawancara itu nama Hee Joo sudah di panggil beberapa kali namun
karna Hee Joo belum datang juga maka Hee Joo dianggap tidak datang.
Namun pada saat peserta wawancara selanjutnya akan di panggil, Hee Joo
langsung datang dan menundukan kepalanya sehingga barang-barang
bawaannya terjatuh semua dan hal itu menarik perhatian banyak orang yang
melihatnya.
tempat wawancara itu nama Hee Joo sudah di panggil beberapa kali namun
karna Hee Joo belum datang juga maka Hee Joo dianggap tidak datang.
Namun pada saat peserta wawancara selanjutnya akan di panggil, Hee Joo
langsung datang dan menundukan kepalanya sehingga barang-barang
bawaannya terjatuh semua dan hal itu menarik perhatian banyak orang yang
melihatnya.
Yoo
Hyun datang ke pusat kebudayaan Jepang untuk mengubah
kewarganegaraannya. Petugas berkata, "Kau mau mengubah
kewarganegaraanmu? Sayangnya bukan disini tepatnya, kau perlu langsung
datang ke tempat imigrasi. Tapi aku akan mengurusnya sebentar. Ah jadi
kau lahir di Jepang?" Yoo Hyun tersenyum dan mengangguk. Petugas itu
kembali bertanya, "Ayahmu orang Korea dan Ibumu orang Jepang?" Yoo Hyun
lagi-lagi mengangguk. Petugas itu kemudian memberikan kembali passport
kepada Yoo Hyun.
Hyun datang ke pusat kebudayaan Jepang untuk mengubah
kewarganegaraannya. Petugas berkata, "Kau mau mengubah
kewarganegaraanmu? Sayangnya bukan disini tepatnya, kau perlu langsung
datang ke tempat imigrasi. Tapi aku akan mengurusnya sebentar. Ah jadi
kau lahir di Jepang?" Yoo Hyun tersenyum dan mengangguk. Petugas itu
kembali bertanya, "Ayahmu orang Korea dan Ibumu orang Jepang?" Yoo Hyun
lagi-lagi mengangguk. Petugas itu kemudian memberikan kembali passport
kepada Yoo Hyun.
Hee
Joo masuk kedalam ruang wawancara. Pewawancara 1 bertanya, "Mengapa kau
masuk Tokyo University?" Hee Joo menjawab, "Sebenarnya aku tidak
berencana sekolah disana. Saat aku kecil aku melihat beberapa gambaran
Ayahku dan aku menyadari banyak gambar yang tidak lengakap. Dan sejak
itu aku memutuskannya." Pewawancara 1 kembali bertanya, "Jadi Ayahmu
adalah yang mendesign 'A Hotel' Moon Ji Young?" Hee Joo menganggukan
kepalanya. Pewawancara 2 berkata, "Tapi setau yang aku ketahui, Moon Ji
Young itu tidak memiliki anak." Hee Joo menjawab, "Sebenarnya itu...
Saat aku berusia 6 tahun, aku terpisah dengan Ayahku saat di taman
bermain. Dan aku justru kehilangan dia dan aku di tempatkan di panti
asuhan." Pewawancara 2 mengangguk mengerti, "Kalau begitu bisakah kau
memperlihatkan informasi yang telah kau siapkan?" Hee Joo mengangguk dan
mencari dokument itu tapi ternyata dia baru ingat jika dokument itu
tertinggal. Hee Joo benar-benar meminta maaf pada pewawancara itu.
Joo masuk kedalam ruang wawancara. Pewawancara 1 bertanya, "Mengapa kau
masuk Tokyo University?" Hee Joo menjawab, "Sebenarnya aku tidak
berencana sekolah disana. Saat aku kecil aku melihat beberapa gambaran
Ayahku dan aku menyadari banyak gambar yang tidak lengakap. Dan sejak
itu aku memutuskannya." Pewawancara 1 kembali bertanya, "Jadi Ayahmu
adalah yang mendesign 'A Hotel' Moon Ji Young?" Hee Joo menganggukan
kepalanya. Pewawancara 2 berkata, "Tapi setau yang aku ketahui, Moon Ji
Young itu tidak memiliki anak." Hee Joo menjawab, "Sebenarnya itu...
Saat aku berusia 6 tahun, aku terpisah dengan Ayahku saat di taman
bermain. Dan aku justru kehilangan dia dan aku di tempatkan di panti
asuhan." Pewawancara 2 mengangguk mengerti, "Kalau begitu bisakah kau
memperlihatkan informasi yang telah kau siapkan?" Hee Joo mengangguk dan
mencari dokument itu tapi ternyata dia baru ingat jika dokument itu
tertinggal. Hee Joo benar-benar meminta maaf pada pewawancara itu.
Yoo
Hyun berjalan keluar dari pusat kebudayaan Jepang. Hee Joo juga
berjalan keluart dari pusat kebudayaan Jepang dan dia berkata pada
dirinya sendiri, "Aish bodoh!! (Dalam bahasa Jepang)" Yoo Hyun yang
mendengar hal itu pun melihat sekilas ke Hee Joo dan kemudian dia
melanjutkan kembali langkahnya.
Hyun berjalan keluar dari pusat kebudayaan Jepang. Hee Joo juga
berjalan keluart dari pusat kebudayaan Jepang dan dia berkata pada
dirinya sendiri, "Aish bodoh!! (Dalam bahasa Jepang)" Yoo Hyun yang
mendengar hal itu pun melihat sekilas ke Hee Joo dan kemudian dia
melanjutkan kembali langkahnya.
Di
Hotel, Shi Young terlihat frustasi karna belum juga mendapatkan pekerja
yang bisa berbicara dalam Dialek Hakata. Salah seorang staffnya
tiba-tiba datang ke ruangannya, "Pusat kebudayaan tadi meelfon dan dia
menemukan seorang perempuan yang bisa berdialek Hakata." Shi Young
senang mendengarnya. Shi Young segera mengambil ponsel untuk menghubungi
Myung Hoon. Asisten Myung Hoon yang melihat itu bertanya, "Apa kau mau
menghubungi Tuan Myung Hoon?" Shi Young menjawab ketus, "Apa kau pikir
ini saat yang tepat untuk menelfon suamiku hah?!"
Hotel, Shi Young terlihat frustasi karna belum juga mendapatkan pekerja
yang bisa berbicara dalam Dialek Hakata. Salah seorang staffnya
tiba-tiba datang ke ruangannya, "Pusat kebudayaan tadi meelfon dan dia
menemukan seorang perempuan yang bisa berdialek Hakata." Shi Young
senang mendengarnya. Shi Young segera mengambil ponsel untuk menghubungi
Myung Hoon. Asisten Myung Hoon yang melihat itu bertanya, "Apa kau mau
menghubungi Tuan Myung Hoon?" Shi Young menjawab ketus, "Apa kau pikir
ini saat yang tepat untuk menelfon suamiku hah?!"
Mi
Ri keluar dari gedung itu dan ternyata hujan turun. Mi Ri menertawakan
dirinya sendiri dan kemudian berjalan di bawah hujan itu tanpa
mempedulikan hujan yang terus turun.
Ri keluar dari gedung itu dan ternyata hujan turun. Mi Ri menertawakan
dirinya sendiri dan kemudian berjalan di bawah hujan itu tanpa
mempedulikan hujan yang terus turun.
Shi
Young memberikan kabar pada Myung Hoon mengenai seorang wanita yang
bisa berdialek Hakata, "Tadi Direktur Choi(Senior Myung Hoon) menelfon
karna dia menunggumu untuk bertemu tapi mengapa kau tidak bisa di
hubungi? Ah lupakan. Sekarang yang terpenting adalah Pusat kebudayaan
mengatakan bahwa dia sudah menemukan orang yang pas dan bisa berdialek
Hakata."
Young memberikan kabar pada Myung Hoon mengenai seorang wanita yang
bisa berdialek Hakata, "Tadi Direktur Choi(Senior Myung Hoon) menelfon
karna dia menunggumu untuk bertemu tapi mengapa kau tidak bisa di
hubungi? Ah lupakan. Sekarang yang terpenting adalah Pusat kebudayaan
mengatakan bahwa dia sudah menemukan orang yang pas dan bisa berdialek
Hakata."
Percakapan
itu terputus karna Myung Hoon hampir saja menabrak seseorang yang
menyebrang jalan. Dan yang hampir tertabrak itu adalah Mi Ri. Myung Hoon
segera keluar dari mobilnya untuk melihat keadaan Mi Ri. Myung Hoon
bertanya, "Kau baik-baik saja?" Saat Myung Hoon mau membantu Mi Ri
berdiri, Mi Ri segera menepis tangan Myung Hoon. Mi Ri berdiri dan mulai
menggerutu dalam Bahasa Jepang, "Aku benar-benar kehilangan akal! Apa
kau gila?" Mi Ri pergi begitu saja meninggalkan Myung Hoon. Myung Hoon
yang mendengar bahasa Jepang Mi Ri pun langsung mengejar Mi Ri karna
tadi itu Mi Ri berbicara dengan dialek Hakata.
itu terputus karna Myung Hoon hampir saja menabrak seseorang yang
menyebrang jalan. Dan yang hampir tertabrak itu adalah Mi Ri. Myung Hoon
segera keluar dari mobilnya untuk melihat keadaan Mi Ri. Myung Hoon
bertanya, "Kau baik-baik saja?" Saat Myung Hoon mau membantu Mi Ri
berdiri, Mi Ri segera menepis tangan Myung Hoon. Mi Ri berdiri dan mulai
menggerutu dalam Bahasa Jepang, "Aku benar-benar kehilangan akal! Apa
kau gila?" Mi Ri pergi begitu saja meninggalkan Myung Hoon. Myung Hoon
yang mendengar bahasa Jepang Mi Ri pun langsung mengejar Mi Ri karna
tadi itu Mi Ri berbicara dengan dialek Hakata.
Myung
Hoon mengejar Mi Ri hingga ke stasiun kereta. Myung Hoon menarik tangan
Mi Ri dan bertanya, "Apa kau berbicara dalam dialek Hakata?" Mi Ri
menjawab ketus, "Bagaimana jika iya?" Myung Hoon berkata, "Aku sedang
mencari seseorang yang bisa berdialek Hakata. Usia di bawah 35 tahun dan
berpenampilan menarik." Mi Ri berkata, "Berpernampilan menarik? Maaf
aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan. Aku tidak tau apakah
penampilanku menarik atau tidak, tapi yang pasti kepribadianku sama
sekali tidak menarik!! Lagi pula aku tidak mengenal kau, Haruskah aku
percaya begitu saja?" Mi Ri hendak pergi namun lagi-lagi Myung Hoon
menahannya, "Namaku Jang Myung Hoon, kita bicarakan hal ini."
Hoon mengejar Mi Ri hingga ke stasiun kereta. Myung Hoon menarik tangan
Mi Ri dan bertanya, "Apa kau berbicara dalam dialek Hakata?" Mi Ri
menjawab ketus, "Bagaimana jika iya?" Myung Hoon berkata, "Aku sedang
mencari seseorang yang bisa berdialek Hakata. Usia di bawah 35 tahun dan
berpenampilan menarik." Mi Ri berkata, "Berpernampilan menarik? Maaf
aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan. Aku tidak tau apakah
penampilanku menarik atau tidak, tapi yang pasti kepribadianku sama
sekali tidak menarik!! Lagi pula aku tidak mengenal kau, Haruskah aku
percaya begitu saja?" Mi Ri hendak pergi namun lagi-lagi Myung Hoon
menahannya, "Namaku Jang Myung Hoon, kita bicarakan hal ini."
Mi
Ri pun akhirnya bersedia untuk datang ke Hotelnya Myung Hoon. Mi Ri
melihat ruangan Myung Hoon dan dia sepertinya mulai percaya bahwa Myung
Hoon orang baik-baik. Saat Myung Hoon datang, Mi Ri langsung bertanya,
"Apa yang bisa kau berikan padaku?" Myung Hoon menjawab, "Kami memiliki
tamu yang sangat penting untuk besok dan lusa. Yang aku butuhkan adalah
kau berbicara dalam dialek hakata. Aku akan mempekerjakan kau namun
bukan sebagai pegawai tetap." Mi Ri kembali bertanya, "Apakah kau akan
melakukan test padaku?" Myung Hoon mengangguk, "Ya seperti itu." Mi Ri
tersenyum sinis, "Maaf tapi aku tidak tertarik jika harus menjadi
pegawai tidak tetap. Aku khawatir karena aku datang kemari sebagai
warganegara Jepang. Aku datang kemari bukan hanya untuk mencari
pekerjaan, namun aku membutuhkan visa kerja." Myung Hoon bertanya, "Jadi
jika kau tidak menemukan pekerjaan yang akan memberikan visa kerja itu,
kau akan di kembalikan ke Jepang?" Mi Ri mengangguk. Myung Hoon pun
memikirkan permintaan Mi Ri.
Ri pun akhirnya bersedia untuk datang ke Hotelnya Myung Hoon. Mi Ri
melihat ruangan Myung Hoon dan dia sepertinya mulai percaya bahwa Myung
Hoon orang baik-baik. Saat Myung Hoon datang, Mi Ri langsung bertanya,
"Apa yang bisa kau berikan padaku?" Myung Hoon menjawab, "Kami memiliki
tamu yang sangat penting untuk besok dan lusa. Yang aku butuhkan adalah
kau berbicara dalam dialek hakata. Aku akan mempekerjakan kau namun
bukan sebagai pegawai tetap." Mi Ri kembali bertanya, "Apakah kau akan
melakukan test padaku?" Myung Hoon mengangguk, "Ya seperti itu." Mi Ri
tersenyum sinis, "Maaf tapi aku tidak tertarik jika harus menjadi
pegawai tidak tetap. Aku khawatir karena aku datang kemari sebagai
warganegara Jepang. Aku datang kemari bukan hanya untuk mencari
pekerjaan, namun aku membutuhkan visa kerja." Myung Hoon bertanya, "Jadi
jika kau tidak menemukan pekerjaan yang akan memberikan visa kerja itu,
kau akan di kembalikan ke Jepang?" Mi Ri mengangguk. Myung Hoon pun
memikirkan permintaan Mi Ri.
Mi
Ri bertanya pada Myung Hoon, "Apakah hal ini tidak mungkin? Oh baiklah
kalau begitu. Lagi pula kau bertemu denganku di jalan dan aku tidak
memiliki formulir apapun. Bahkan walaupun aku lulusan Tokyo University,
ini sepertinya tidak akan berpengaruh. Kalau begitu aku akan pergi."
Saat Myung Hoon mendengar nama Tokyo University, dia langsung bertanya
pada Mi Ri, "Apakah kau lulusan Tokyo University?" Mi Ri balas bertanya,
"Apakah ada hubungannya? Jika tidak ada maka sampai jumpa." Myung Hoon
menjawab, "Sangat sulit untuk menolak orang berbakat saat ini.... " Mi
Ri menatap Myung Hoon dan memikirkan hal itu.
Ri bertanya pada Myung Hoon, "Apakah hal ini tidak mungkin? Oh baiklah
kalau begitu. Lagi pula kau bertemu denganku di jalan dan aku tidak
memiliki formulir apapun. Bahkan walaupun aku lulusan Tokyo University,
ini sepertinya tidak akan berpengaruh. Kalau begitu aku akan pergi."
Saat Myung Hoon mendengar nama Tokyo University, dia langsung bertanya
pada Mi Ri, "Apakah kau lulusan Tokyo University?" Mi Ri balas bertanya,
"Apakah ada hubungannya? Jika tidak ada maka sampai jumpa." Myung Hoon
menjawab, "Sangat sulit untuk menolak orang berbakat saat ini.... " Mi
Ri menatap Myung Hoon dan memikirkan hal itu.
0 Response to "Sinopsis Drama Korea - Miss Ripley Episode 1"
Silahkan beri komentar dan jangan komentar spam ya. thanks :)