Banjir yang melanda kedua kabupaten tersebut mengakibatkan jalan poros Makassar-Palopo di Sidrap dan Wajo terputus. Di Sidrap, Sungai Tanrutedong dan Sungai Cendrana meluap ke perkampungan warga di Kecamatan Duapitue dan Wirittasi. Luapan air setinggi satu meter merendam ribuan rumah,gedung sekolah, kantor lurah, kantor camat, Mapolsek Duapitue,serta masjid. Banjir merendam juga 12 desa dan kelurahan di Wajo.
Hingga pukul 17.00 Wita kemarin, ketinggian air di sejumlah titik di Pitumpanua mencapai tiga meter. Bahkan, tujuh desa yakniTangkoro,Tanrongi,Lompoloang Simpellu, Marannu, Lauwa, dan Abbanderangnge masih terisolir. Kapolsek Duapitue AKP Rancang mengatakan, banjir tersebut terjadi akibat luapan air sungai di wilayah perbatasan antara Wajo dan Sidrap.“Di perbatasan ini, ada ratusan rumah warga yang tergenang.
Khusus Kecamatan Duapitue mencapai 400 unit rumah. Sedangkan di Kecamatan Wirittasi juga ada ratusan rumah terendam,” katanya saat ditemui di lokasi kejadian,kemairn. Menurut Rancang, hingga kemarin belum ada lokasi pengungsian yang dibuatkan dari Pemkab Sidrap. Untuk sementara, warga hanya mengungsi ke rumah kerabatnya yang lebih aman.
Begitu pun dengan bantuan bahan makanan yang dibutuhkan para ko rban,hanya beberapa bantuan warga sekitar. “Banjir ini sejak tadi subuh dan tidak menyebabkan terjadinya korban jiwa.Kami saja harus mengungsi karena kantor kami terendam hingga satu meter lebih,”katanya. Bencana banjir ini juga membuat jalur dari Sidrap maupun Kab Wajo tertutup hingga sore kemarin.Yang paling parah terjadi di Duapitue, tepatnya di Desa Tanrutedong.
Jalur satu-satunya yang menghubungkan ke Wajo ini digenangi air setinggi paha orang dewasa.Akibatnya, hanya truk yang bisa melalui jalur tersebut. Kendaraan lainnya harus menunggu surutnya air sehingga terjadi antrean kendaraan sepanjang dua kilometer. Haniah,38,warga Desa Tanrutedong mengaku, banjir ini merupakan banjir terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, hal ini akibat jebolnya salah satu tanggul di Sungai Cendrana sehingga banjir menyerang tempat tinggalnya.
“Baru kali ini tinggi air separah ini.Kami hanya berharap hujan segera redah sehingga air bisa surut kembali,” kata perempuan paruh bayah yang juga rumahnya ikut digenangi air. Berdasarkandatayangdiperoleh dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) Sulsel, banjir yang terjadi di Sidrap menyebabkan 5.024 kepala keluarga (KK) harus mengungsi ke tempat lain. Di antaranya 1.002 di Desa Tanrutedong, 704 KK di Desa Salomallori, 1.470 KK di Desa Kalosi, 518 diDesa Salobukkang, 475 KK di Desa Tacimpo,dan 379 KK di Desa Kampale.
Di Wajo, banjir merendam 11 bangunan masjid,3.163 hektare sawah, 17 bangunan sekolah, serta rumah milik warga sebanyak 2.952 KK.“Kita sudah turunkan Tim Tagana untuk membantu proses evakuasi korban di Luwu,Wajo,serta Sidrap. Tagana di daerah tetangga juga kita perintahkan turun ke TKP untuk membantu proses evakuasi,” ujar Koordinator Tagana Sulsel Syaharuddin. Sementara itu, tingginya curah hujan selama dua hari di Wajo mengakibatkan banjir di Kecamatan Pitumpanua.
Ribuan rumah warga terendam banjir di 12 desa dan kelurahan. Di antaranya, empat kelurahan Siwa, Benteng,Tobarakka,dan Bulete. Delapan desa lainnya adalah Desa Tangkoro, Tanrongi, Lompoloang, Simpellu, Abbanderangnge, Desa Marannu, Lauwa,dan Alesilurungnge. Kelurahan Benteng dan Siwa yang merupakan jalan poros Palopo-Makassar arus lalu lintas lumpuh total sehingga antrean panjang kendaraan tak terhindarkan.
“Banjir datang secara tiba-tiba sekitar pukul 04.00 Wita,dan hingga saat ini air masih terus naik,” kata warga Siwa,Kecamatan Pitumpanua, Nurul Faikah,kemarin. Hingga pukul 17.00 Wita kemarin, ketinggian air di sejumlah titik di Pitumpanua sudah mencapai tiga meter.“Apalagi sekarang masih hujan dan dipastikan air akan terus naik,” katanya.
Camat Pitumpanua A Sudarmin mengatakan, saat ini pihaknya masih menginventarisasi kerugian dan jumlah kerusakan. Dia mengakui banjir kali ini lebih parah di bandingkan 4 Mei lalu. “Kami belum bisa memastikan jumlah kerugian ataupun kerusakan yang ada,”katanya. wahyudi/ jumardi nurdin
Adapun berita terkait " 3 ABG Tewas Tenggelam di Sungai Tanrutedong Akibat Banjir " :
Sidrap Tiga pelajar SMP yang masih berusia belasan tahun, tewas terseret arus di sungai Tanrutedong, di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Sebelumnya, mereka mandi-mandi di sungai itu.Sumber berita : http://www.seputar-indonesia.com
Ketiga korban tersebut adalah Eka (15), Asma (13) dan Rusman (12). Ketiganya singgah mandi di sungai Tanrutedong, Minggu (5/6) pukul 12.15 Wita.
Humas Badan SAR Nasional (Basarnas) Makassar, Hamsidar yang dihubungi detikcom, menyebutkan Basarnas menerima informasi pada Senin (6/6/2011) pukul 09.05 Wita. Warga melaporkan peristiwa tenggelamnya tiga pelajar SMP di Sungai Tanrutedong.
"Peristiwanya terjadi hari Minggu kemarin. Mereka singgah mandi di sungai usai jalan-jalan pagi. Dua korban sudah ditemukan oleh warga sejak kemarin, yakni Eka dan Asma," kata Hamsidar.
Tim SAR lantas bergerak mencari Rusman. Rusman pun ditemukan pada siang harinya. "Rusman baru ditemukan pada 12.35 Wita oleh tim Basarnas," pungkas Hamsidar.
Ketiga jenazah korban saat ini sudah diantar ke rumah duka, di Kec Tanruteddong, Sidrap, untuk dikebumikan oleh keluarganya.
0 Response to "Tanrutedong SIDRAP Berduka Akibat Banjir"
Silahkan beri komentar dan jangan komentar spam ya. thanks :)